MUHAMMADIYAH.ID, SLEMAN – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Kesehatan dan Pelayanan Sosial, Agus Taufiqurrohman terus mendorong agar sekolah Muhammadiyah menerapkan nilai-nilai Islam dalam pengajarannya. Hal itu disampaikan dalam tausiyahnya di SD Muhammadiyah Kedung Banteng 1, pada Jum’at (5/6).
Bahkan, disampaikannya bahwa saat ini di SD Muhammadiyah khusunya di D.I.Yogyakarta harus dioptimalkan begitu lulus SD harus hafal minimal juz 30.
“Karena Muhammadiyah adalah gerakan Islam, jadi generasinya harus kenal Islam sejak kecil. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, ‘Siapa yang dikehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan jadikan orang itu fakih terhadap agama’. Jadi mau dijadikan apa saja ngaji itu mutlak kebutuhan,” paparnya dalam tausiyah.
Kenapa sekolah Muhammadiyah tidak memakai istilah sekolah terpadu? Kata Agus, karena sejak dulu yang namanya sekolah Muhammadiyah sudah memadukan kemajuan pembelajaran Islam dengan kemajuan teknologi.
“Jadi, di sekolah Muhammadiyah sudah sejak dulu dicanangkannya pembejaran agama oleh Kiai Ahmad Dahlan, “katanya.
Bermula dari terbatasnya pelajaran agama yang masih terbatas di sekolah Budi Utomo pada saat itu, Kiai Ahmad Dahlan kemudian mendirikan sekolah melalui Muhammadiyah dengan sistem pengajaran, dimana ngajinya cukup ilmu umumnya tidak ketinggalan.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Wilayah D.I.Yogyakarta juga menyampaikan kebanggaanya menjadi alumni SD Muhammadiyah yaitu SD Muhammadiyah Kuwon (Gunung Kidul), walaupun letaknya di desa pelosok tetapi tetap mengajarkan pelajaran agama dengan baik.
Dalam tausiayahnya Agus Taufiqurrohman juga menyampaikan kebanggaannya pada SD Muhammadiyah Kedung Banteng 1 yang sudah berdiri sejak tahun 1929, dimana sekolah ini sudah melahirkan tokoh bangsa seperti Malik Fadjar (sekarang menjabat, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden) dan (Alm) Syamsuhadi Irsyad (Wakil Ketua Mahkamah Agung RI dan Mantan Rektor UM Purwokerto). (Andi)