MUHAMMADIYAH.ID, LAMPUNG — Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Lampung gelar Rapat Koordinasi (Rakor) bahas standarisasi guru Al Islam, Kemuhammadiyahaan dan Bahasa Arab (ISMUBA) di Kampus I Universitas Muhammadiyah Metro pada (7/7).
Dibahasnya standarisasi guru ISMUBA lebih dikarenakan selama ini guru ISMUBA di sekolah-sekolah Muhammadiyah dianggap hanya sebagai pelengkap, padahal pelajaran ISMUBA memiliki peran penting dalam proses kaderisasi. Maka, penting adanya standarisasi bagi guru-guru ISMUBA.
Seperti yang disampaikan oleh Rudion Dhisyaku, perwakilan dari Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Metro didepan peserta yang hadir. Ia menegaskan, guru ISMUBA perlu mendapat perhatian khusus karena masih banyak ditemukan guru ISMUBA yang belum memenuhi standar.
“Karena keberadaan Guru ISMUBA ini kadang dianggap hanya pelengkap, sehingga tidak sedikit Guru ISMUBA di sekolah-sekolah Muhammadiyah belum memenuhi standar kelayakan. Tentu hal ini harus menjadi perhatian penuh dari MPDM PWM Lampung untuk memberikan pembinaan ke depannya,” paparnya
Hal tersebut juga didukung faktor ekternal lainnya, seperti halnya keberadaan guru ISMUBA di sekolah-sekolah tidak masuk kedalam program sertifikasi guru. Sehingga hal ini menjadi faktor yang mencolok terkait rendahnya standar guru ISMUBA. Sehingga dalam forum tersebut muncul ususlan untuk melakukan sertifikasi guru ISMUBA yang dilakukan secara mandiri oleh Muhammadiyah. Diharapkan dari sertifikasi tersebut kemudian memberi dampak pada insentif yang didapatkan guru ISMUBA.
Menanggapi adanya hal demikian, perwakilan dari Dikdasmen PDM Bandar Lampung, Irsyad menilai standar pembelajaran ISMUBA di sekolah belum terealisasi dengan baik.
Menurutnya masih perlu banyak digali lagi program unggulan, sehingga pembelajaran ISMUBA lebih menarik dan mampu mencetak peserta didik unggulan yang berwawasan keIslaman dan Kemuhammadiyahan. Hal tersebut bisa diraih melalui riset yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki irisan dengan persoalan ini.
“Pembelajaran ISMUBA di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berbasis Islam Terpadu kadang belum mendalam. Kita masih menjadikan progam hafalan Qur’an sebagai produk unggulan kita padahal masih ada hal lain yang perlu kita gali. Selain itu kita juga perlu memiliki disskursus yang melakukan penelitiain untuk membuktikan kebenaran AL Qur’an,” pungkasnya. (a'n)