MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PP NA) Diyah Puspitarini berkesempatan mengikuti  10th World Assembly Religions for Peace di Lindau Jerman pada tanggal 20 hingga 23 Agustus 2019.

Diyah menjelaskan, keterlibatan Nasyiatul Aisyiyah dalam agenda ini membahas tentang isu perempuan lintas agama di dunia. Adapun rekomendasi dari kegiatan women pre assembly, dari sekian problematika perempuan, tokoh agama perempuan bersepakat bahwa memberikan pendidikan perdamaian bagi perempuan menjadi salah satu kunci permasalahan yang ada, karena setiap agama memiliki tafsiran yang berbeda beda.

Dalam forum tersebut Diyah menyampaikan bagaimana mewujudkan perdamaian yang positif, sebagai contoh di Indonesia,  sangat beragam dan majemuk.

“Adanya toleransi dan saling menghormati pemeluk agama yang lain sangat memudahkan masyarakat mengatasi permasalahan yang ada. Dan keragaman yang ada di Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan yang tertuang dalam cuplikan tulisan "Bhineka Tunggal Ika" yakni berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” jelas Diyah.

Jika dikaitkan dengan konteks saat ini, Diyah mengungkapkan potensi terkuat dari bangsa Indonesia adalah keragaman dan perbedaan itu sendiri.

“Untuk itu setiap pemimpin agama perempuan diharapkan bisa memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan yang ada tanpa adanya diskriminasi,” pungkas Diyah.