MUHAMMADIYAH.ID, BANTUL -- Seorang muslim itu harus kosmopolitan. Mau bergaul dan belajar juga membaca apa saja. Tidak baik jika seorang muslim itu menjudge satu sama lain dan tidak mau menerima sesuatu. Contoh lah KH Abdul Kahar Muzakkir, tokoh kosmopolit Islam tulen. Tokoh yang memiliki jiwa kenegaraan otentik tidak takut belajar dengan siapa saja.
Hal itu diungkapkan Azyumardi Azra dalam Seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan 'Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir, Ulama dan Pejuang Muslim' bertempat di Ampitheater Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (23/10).
Hal tersebut diungkapkan Azyumardi Azra, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Azyumardi mengatakan, Kahar Muzakkir merupakan seorang penulis dan pernah diangkat menjadi editor surat kabar di Palestina.
“Dan yang paling penting beliau kini menjadi salah satu agen yang mentransformasikan gagasan pembaruan baik di lingkungan UII dan Muhammadiyah,” jelasnya.
Meskipun begitu, lanjutnya, semangat nasionalnya juga kuat menjadi anggota BPUPKI.
Tak menampik hal itu, Jawahir Thontowi, Ahli Hukum Internasional mengungkapkan bahwa Pendidikan Kahar Muzakkir membuatnya menjadi muslim moderat. Latar belakang NU tapi hidup dari Muhammadiyah.
"Mempunyai tradisi untuk hijrah (silaturrahim) ketempat yang lain. Beliau juga dapat diterima dimana-mana. Sifatnya yang moderat tidak lepas dari internalisasi nilai-nilai yang dipelajarinya," ujar Jawahir.
Jawahir mengungkapkan sejak menjadi anggota BPUPKI, Kahar Muzakkir terpilih menjadi anggota tim sembilan. Pandangan-pandangan beliau adalah pandangan cerdas tentang bangsa. (Syifa)