MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar Pertemuan Pusat Studi Pengendalian Tembakau Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) beserta Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Daerah Istimewa Yogakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Kegiatan ini terselenggara di Kantor PP Muhammadiyah Jalan Cikditiro no 23 Yogyakarta, Jum’at (24/1).
Disampaikan Direktur MTCC UMY, Dianita Sugiyo Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan Muhammadiyah sedang terus digalakkan.
“Kita akan membentuk jejaring PTM/’Aisyiyah bagaimana mengingatkan pada para perokok bagi yang tidak merokok hak-haknya dihargai,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Dian juga mengungkapkan bahwa pendampingan juga dilakukan terutama bagi para dampingan MTCC UMY seperti DIY, Jawa tengah (Jateng), dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Saat ini mendampingi kota Yogyakarta yang sudah memiliki peraturan daerah tentang rokok kemudian Kulon Progo, Gunung Kidul dan daerah lain jadi kita memiliki peta-peta di Kabupaten lain di DIY, Jateng, dan NTB. Kita petakan yang mana yang belum memiliki perda kawasan tanpa rokok mana yang sudah. Bagaimana untuk monitoring dan sebagainya? bekerjasama dengan PTM juga PDM/A,” jelas Dian.
Disinggung tentang Kota Yogyakarta yang telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang rokok Dian mengatakan bahwa langkah ini sangat bagus dan progresif. Menurutnya memang Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah memiliki Perda untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok khususnya di area Malioboro hal ini juga perlu dikawal secara konsisten.
“Apalagi malioboro ikon Yogyakarta siapa yang nggak tau? tapi kalau pergi kesana orang merokok masih di sembarang tempat padahal disana itu kita bisa bilang ada area berkumpulnya keluarga, orang pasti kesana, bawa anak-anak kecil, orang hamil, nah perlindungan publik ini harus kita kedepankan artinya Pemkot sudah menyiapkan kawasan-kawasan khusus untuk tempat merokok bagi mereka yang ingin merokok tapi jangan sembarangan dan membahayakan yang lain,” jelasnya lagi.
Dian menyampaikan juga keprihatinannya karena angka perokok pemula yang terus bertambah. Dari data yang ada, kenaikannya cukup tinggi yakni, pada 2017 tercatat perokok pemula sebanyak 7.4% kemudian di tahun 2019 naik ke angka 9.1% di usia sampai 18 tahun.
“Ternyata semakin banyak anak-anak usia pemula yang mulai merokok, apalagi sekarang ada vape mereka mencoba itu jadi aksesnya itu semakin besar untuk mencoba dan masuk kecanduan nikotin,” pungkasnya. (Syifa)