Kamis, 16 Januari 2025
Home/ Berita/ Bersinergi dengan MDMC, BNPB Optimis Mampu Mengurangi Risiko Bencana

Bersinergi dengan MDMC, BNPB Optimis Mampu Mengurangi Risiko Bencana

MUHAMMADIYAH.ID, BANTUL – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) percaya pemerintah bersama seluruh komponen bangsa bisa bersinergi mengurangi risiko bencana termasuk kerjasama dengan MDMC PP Muhammadiyah yang sudah terjalin dalam penanganan bencana maupun pencegahan bencana.

Hal itu disampaikan Lilik Kurniawan, Deputi Bidang Pencegahan BNPB dalam Pertemuan Ilmiah Muhammadiyah mengenai Kebencanaan yang digelar oleh MDMC PP Muhammadiyah di Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta (UMY), pada Kamis (30/1).

Dalam masalah kebencanaan Lilik Kurniawan berpesan hal yang terpenting dalam kebencanaan, harus bersandar dengan tujuan berbangsa dan bernegara melalui Pembukaan UUD 1945, bahwa negara harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dan melindungi ini adalah bagian tidak terpisahkan dari sinergi antara semua pihak.

“Karena keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Ini yang penting untuk kita pegang bersama dan harapannya ini  yang akan kita lakukan ditahun-tahun mendatang,” katanya.

Disisi lain hal yang tidak kalah penting kata Lilik Kurniawan adalah mencari satu tikeline untuk mengurangi resiko bencana dan tentu kenali juga ancamannya dan menyiapkan setrateginya sehingga mengetahui akar permasalahan dan solusi dalam kebencanaan.

“Kami mengharapkan pertemuan ilmiah Muhammadiyah mengenai kebenacaan tahun ini bisa mencari akar masalah bangsa kita terkait kebencanaan dan solusinya,” kata Lilik.

Menurutnya, solusi tidak harus yang sulit tetapi sederhana dan bisa dilakukan oleh semua warga Muhammadiyah bisa dilakukan oleh semua yang cinta dengan bangsa Indonesia ini bisa melakukan sehingga mengurangi risiko bencana.

Solusi Mengurangi Risiko Bencana

Dihadapan ratusan Relawan MDMC se-Indonesia itu, Lilik Kurniawan menyampaikan bencana harus menjadi urusan bersama. Walupun kita kita ketahui penanggung jawab bencana adalah pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah sesuai amanat UU nomor 24 tahun 2007.

Dalam melihat kondisi kebencanan di Indonesia Lilik Kurniawan menguraikan, negara kita adalah negara kepulauan yang terbentuk dari empat lempeng tektonik dunia yang tentu saja kita sudah sangat hafal ada bagian selatan lempeng Australia kemudian Asia di utara kemudian di timur ada lempeng Philipina dan Pasifik.

“Karena kita negara kepulauan maka kita rentan terhadap bencana hidrometeorologi, apalagi hari ini bencana tidak hanya mengenal batas negara batas administrasi,” urainya. 

Lilik  mencontohkan, misalnya kalau kemarin Indonesia hanya mengenal kebakaran hutan dan lahan sampai ke negara tetangga. Maka, hari ini kita harus waspada terhadap penyakit. Walaupun ada di Wuhan, China. Tetapi Indonesia adalah bagian dari dunia dan kita harus waspada dan antisipasi soal ini.

Saat ini kata Likik Kurniawan menjelaskan, BNPB bersama dengan Kementrian Kesehatan mengantisipasi adanya virus Corona, dengan membuat banyak scenario terkait ancaman pernyakit korona ini.

“Tadi malam kita masih rapat membuat semacam scenario. Kalau misalnya, Bandara Sokarno Hatta itu akan di isolasi begitu juga bandara Ngurah Rai di isolasi kalau ada penumpang dari China yang kemudian terinfeksi virus itu. inilah yang kemudian dilakukan BNPB dan banyak kementrian terkait ini,” jelas Lilik.

Terakhir Lilik Kurniawan menguraikan, bahwa kita semua harus merubah budaya karena negara kita adalah negara maritime, negara kepulauan dan juga kita hidup diatasnya. Maka, kita harus mampu melakukan adaptasi yang dilakukan didaerah-daerah rawan bencana termasuk didaerah yang rawan tsunami.

Salah satu yang dilakukan kata Lilik adalah bagaimana tata ruang yang ada di Indonesia harus berbasis pada resiko bencana salah satu juga adalah bagaimana melakukan upaya-upaya vegetasi ternyata ada penelitian yang kemudian memperlihatkan ternyata vegetasi yang ada di pesisir ini mampu 88,2% tinggi tsunami.

“Nah, ini yang kemudian BNPB bersama perguruan tinggi dan MDMC PP Muhammadiyah pada Juli 2019 telah melakukan Ekspedisi Destana di pesisir Pantai Selatan Jawa dengan mengidentifikasi daerah-daerah rawan tsunami. Dari daerah yang rawan ini kita coba melakukan vegetasi dengan melakukan penanaman sehingga meredam tsunami kalau terjadi,” pungkasnya. (Andi) 

                                                                                                                                              

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *