MUHAMMADIYAH.ID, BANGKALAN -- Ratusan warga Muhammadiyah se-Bangkalan hadir pada tabligh akbar yang diisi Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed sebagai rangkaian dari pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) dan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Bangkalan yang bertempat di Pendopo Agung Raden Pratanu, Bangkalan pada Ahad (8/3).
Mu’ti menyampaikan ucapan selamat dan apresiasinya kepada PDPM dan PDNA Bangkalan. “Selamat, karena dengan dilantiknya PDPM dan PDNA Bangkalan ini, berarti anda semua sudah menunjukkan eksistensinya,” ujarnya.
Menurutnya, Madura dulu dikenal sebagai daerah pelosok dan tertinggal. "Tapi sekarang sudah tidak relevan. Buktinya banyak tokoh nasional yang lahir dari Madura,” katanya.
"Contohnya saja," lanjut Mu'ti, "Pak Mahfudz MD, itu tokoh Madura, tokoh NU, tapi juga sangat Muhammadiyah, namanya pakai MD," imbuh pria asal Kudus, Jawa Tengah tersebut disambut riuh tepuk tangan peserta tabligh akbar.
Ia juga menegaskan bahwa Muhammadiyah dan ortomnya bukan milik suku atau golongan tertentu. "Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah sekarang Sunanto, itu asli Madura, Sumenep, itu menunjukkan bahwa Muhammadiyah bukan hanya milik suku tertentu, semua bisa ber-Muhamadiyah dan menjadi pengurus Muhammadiyah. Artinya, Muhammadiyah itu gerakan nasional, bukan gerakan lokal primordial," ungkap Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) itu.
Tak hanya itu, Mu'ti juga menyikapi isu-isu gesekan antar Muhammadiyah dan NU yang belakangan santer beredar. "Ada yang coba membenturkan Muhammadiyah dengan NU, diadu domba. Mereka itu justru rugi sendiri kalau membenturkan Muhammadiyah dengan NU. Muhammadiyah dan NU itu saudara, NU itu adik bongsornya Muhammadiyah," katanya.
“Karena," lanjut Mu'ti, "Muhammadiyah kan lebih dahulu lahir, berarti NU itu adiknya Muhammadiyah. Tapi, NU punya banyak anggota, makanya kami sebut adik bongsor,” jelasnya diiringi tepuk tangan dan gelak tawa peserta.
Jangan dibanding-bandingkan antara Muhammadiyah dan NU. Keduanya adalah organisasi Islam yang berkembang dan bergerak dengan caranya sendiri. Muhammadiyah dan NU selalu bekerja sama dalam membangun Indonesia. “Misal kalau NU menyebut NKRI harga mati. Kami menyebutnya adalah sebagai Darul Ahdi wasy-Sahadah,” tegas Mu’ti.
Dalam acara tersebut juga dihadiri langsung oleh Bupati Bangkalan RKH. Abdul Latif Amin Imron beserta jajaran Forkopimda Kabupaten Bangkalan. Hadir juga Ormas dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) se-Bangkalan, termasuk PAC GP Ansor dan Fatayat NU Bangkalan, juga Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah se-Pulau Madura. (ubay)
Kontributor: Ubay