Oleh: A'n Ardianto
Para pakar internasional dalam kajian ‘International Research Conference on Muhammadiyah’ (IRCM) yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2012 yang bertema “Discourse on Genuine Identity of Muhammadiyah in post Centennial Era,” Menemukan kesepakatan menarik bahwa, Muhammadiyah selama ini berhasil membuktikan diri sebagai organisasi yang tidak pernah berhenti (stagnan) dalam mengisi roda sejarah bangsa dan negara.
Sebagai organisasi keagamaan, eksistensi Muhammadiyah bukan hanya menonjol dalam bidang fiqih dan urusan-urusan sakral ritus-ritus keagamaan semata. Muhammadiyah juga menampilkan dirinya di permukaan sebagai organisasi Islam modern yang mengisi dan selalu berusaha menjawab persoalan manusia-kemanusiaan pada setiap lini dan zaman. Urusan kemanusiaan dan semesta masuk dalam agenda besar Muhammadiyah kedepan.
‘Akar-akar tunggang’ Muhammadiyah menjalar mengisi, memperkuat, dan merekatkan agregat jalinan kemanusiaan semesta. Akar tunggang tersebut tumbuh menjadi Pimpinan Cabang dan Ranting Muhammadiyah yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air dan sekurangnya juag tersebar di 23 Negara.
Pimpinan Cabang dan Ranting tersebut menjawab persoalan umat, bisa dibayangkan di salah satu Pimpinan Cabang bisa dengan enjoy memberdayakan umat melalui Amal Usaha yang dikelola secara mandiri dan modern. Mereka mampu mengelola Amal Usaha pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Bentuk nyata amalan tersebut diperuntukkan kepada seluruh anak bangsa yang membutuhkan, dan dikelola oleh Pimpinan di tingkat Cabang atau Ranting secara mandiri.
Amalan yang diberikan oleh Muhammadiyah diatas sebagai jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh manusia-manusia industrial/modern yang sezaman dengan masa awal kelahiran Muhammadiyah. Pada zaman itu, persoalan manusia berkutat diantara masalah kemiskinan, kebodohan, kesehatan, dan membludaknya kelompok-kelompok pinggiran yang tersingkir karena tidak bisa menyesuaikan kemampuan dengan kebutuhan era industri.
Kekinian, era dimana masalah kehidupan menjadi semakin kompleks seperti sekarang ini, kehadiran organisasi gerakan seperti Muhammadiyah sangat diperlukan. Terlebih untuk mengawal isu-isu manusia pasca modern seperti persoalan lingkungan.
Karena persoalan manusia kekinian berkaitan erat dengan persoalan alam, serta alam juga memiliki kaitan erat dengan perilaku manusianya. Sebagai satu ekosistem hubungan keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Menyoroti persoalan alam dan lingkungan, Hadar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam bukunya Indonesia dan Keindonesiaan memberikan enam catatan penting terkait hubungan alam dan lingkungan dalam konteks alam dan manusia Indonesia. Menurutnya bencana yang menimpa dan terjadi secara simultan kepada manusia harus memberikan kesadaran kolektif bagi masyarakat Indonesia akan sejumlah hal.
Pertama, alam Indonesia selain subur dan kaya juga mengandung potensi kebencanaan yang memerlukan pemahaman, mitigasi, dan kemampuan yang mencukupi agar mampu memahaminya sebagai bagian dari hidup di alam ciptaan Tuhan yang memiliki sunatullah tersendiri.
Kedua, manusia Indonesia harus memiliki bekal pengetahuan tentang Tanah Airnya yang luas dan memiliki banyak potensi dan dalam batas tertentu mengandung banyak rahasia yang belum atau tidak terungkap. Ketiga, kemampuan merawat dan hidup dekat dengan alam untuk membangun harmoni terhadap lingkungan, sekaligus membangun kewaspadaan akan potensi kebencanaan.
Keempat, memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya dan penuh pertanggungjawaban sekaligus tidak merusaknya, seperti merusak hutan dan lingkungan hidup. Kelima, membangun dan mempererat kebersamaan dalam mendiami tanah air Indonesia yang satu dan memerluakan rasa memiliki secara kolektif demi kesinambungan bagi generasi mendatang.
Keenam, sebagai manusia beragama dan ber-Pancasila, tentu seluruh warga bangsa senantiasa bersyukur, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menjadi penduduk bumi yang menyelamatkan alam serta tidak merusaknya, serta berperilaku yang damai, baik, dan berkeadaban luhur.
Meskipun penyantunan dan pertolongan kepada kelompok lemah (mustadh’afin) tetap menjadi isu pokok di Muhammadiyah. Namun menilik catatan Haedar diatas, eksistensi Muhammadiyah nyatanya mengurita ke lini persoalan yang dihadapi manusia-manusia post industrial/pasca modern. Di mana persoalan lingkungan sebagai isu central bagi masyarakat pasca modern juga menjadi fokus gerakan Muhammadiyah.
Terlebih melihat tema besar Muktamar Muhammadiyah 2020, Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta, Muhammadiyah semakin menujukkan bahwa organisasi ini selalu mencoba menjawab persoalan manusia dan up date terhadap isu-isu kekinian.
Meneropong Muhammadiyah dari sisi ini, menjadikannya sebagai bagian dari Gerakan Sosial Baru. Sesuai dengan pendapat Nelson Pichardo yang menyebutkan bahwa gerakan sosial baru bukan hanya memfokuskan redistribusi ekonomi, tapi juga menekankan perhatian pada kualitas hidup dan gaya hidup.