MUHAMMADIYAH.ID, TURKI – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015 Din Syamsudin yakin bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi non pemerintah berbasis Islam Tengahan akan memiliki peluang bersuara lebih banyak setelah masa pandemi Covid-19 berakhir.
“Saya berkeyakinan bahwa Wasathiyah Islam (Islam tengahan) adalah jalan keluar bagi peradaban. Pasca covid non-state actor akan dominan. Ini momentum bagi Islam untuk mewarnai dunia,” ungkap Din dalam diskusi webinar Islam Wasathiyah yang diadakan oleh PCIM Turki, Ahad (26/4).
Keyakinan Din ditopang oleh gerakan besar antar berbagai tokoh penting agama dalam satu dekade terakhir yang sering melakukan konferensi bersama dengan tema memajukan perdamaian, moderasi dan melawan ekstrimisme di dalam agama masing-masing.
Selain isu ta’dil (keadilan), tawazun (keseimbangan), tawasuth (toleransi), musyawarah, islah, qudwah (kepeloporan), permasalahan muwathanah (integrasi warga negara) merupakan isu yang digaungkan oleh berbagai agama.
Melalui perangkat teologisnya, putusan Tarjih hingga produk pemikiran dari Muktamar, Muhammadiyah dinilai Din memiliki modal yang lengkap dalam mengawal Wasathiyah Islam, salah satunya adalah dokumen Muktamar 2015 tentang pemahaman Muhammadiyah terhadap NKRI sebagai Darul ‘Ahdi wa Syahadah.
“Kita ingin membentuk poros wasathiyah Islam. Rancang bangun Indonesia itu wasathiyah. Dapat dilihat dari sistem ekonomi hingga manifestasi Bhineka Tunggal Ika. Apalagi umat Islam di dalam Alquran disebutkan sebagai Umatan Wasathan. Muhammadiyah mengawal tidak ke kiri dan ke kanan,” imbuh Din. (afn)