Kamis, 16 Januari 2025
Home/ Berita/ Memelihara Makna Ibadah di Bulan Ramadan

Memelihara Makna Ibadah di Bulan Ramadan

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA - “Biarpun kita berpuasa Ramadan di kala Covid-19 kita harus optimis bahwa Allah akan mengeluarkan kita dari musibah ini, tentu harus disertai dengan ikhtiar. Muhammadiyah sudah berperan di dalam menghadapi Covid-19. Apa yang telah dilakukan Muhammadiyah bukan retorika tetapi nyata,” ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Pengajian Ramadan UM Sumatera Utara (UMSU) pada Senin (4/5).

Salah satu bentuk ikhtiar Muhammadiyah menghadapi pandemi global ini dengan membentuk Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC). Di mana, unit khusus Muhammadiyah ini terus bergerak dari pusat hingga hampir seluruh daerah di Indonesia dalam menghadapi wabah virus corona jenis baru COVID-19 secara masif dan tersistem.

“Kemarin viral di media sosial bahwa perguruan tinggi Muhammadiyah sudah mengeluarkan 78 miliar untuk menghadapi musibah ini. Bahkan ada laporan dari UMSU menyumbang 3 koma sekian miliar, belum dari rumah sakit dan sebagainya,” kata Haedar.

Gelontoran dana segar dari Muhammadiyah bagi Haedar bukanlah bentuk riya melainkan sebagai usaha-usaha untuk memutus rantai penularan. Citra ideal seorang muslim tidak hanya tawakal tetapi juga beriktiar. Karenanya, Haedar mengajak agar jangan sampai kehadiran musibah virus ini menjadi penyebab kehilangan makna.

“Jadikan musibah ini sebagai hikmah kita menjadi orang yang betul-betul bertakwa. Apalagi kita di bulan Ramadan, kita diperintahkan berpuasa agar kita menjadi orang yang bertakwa. Orang bertakwa itu kesimpulannya adalah orang yang mengumpulkan seluruh kebaikan di dalam dirinya. Jadi, puncak segala kualitas itu ada pada diri orang yang bertakwa,” jelas Haedar.

Ibadah puasa tahun ini menemui tantangan yang besar di tengah ancaman penularan Covid-19 sehingga harus dilakukan banyak penyesuaian, seperti tidak melakukan ibadah kolektif salat Jumat dan tarawih di masjid tetapi di rumah saja. Bagi Haedar, praktik ibadah di rumah tetap merupakan ibadah yang mulia dan bermakna.

“Jadi, biarpun kita ibadah Ramadan di rumah, jangan pernah merasa kehilangan makna ibadah, apalagi merasa tidak beribadah. Ketika darurat dan mencegah penularan yang luas, dan itu ikhtiar, kita tidak jamaah di masjid, dan seterusnya, itu merupakan wujud Islam memberi solusi yang kita kokohkan dalilnya dengan al-Qur’an dan al-Sunnah al-maqbulah, ditambah dengan ijtihad, maka ambilah makna dimanapun kita beribadah,” tutur Haedar.

Imbauan tidak beribadah di masjid bukan merupakan upaya menyebar paranoid atau ketakutan berlebihan terhadap virus corona. Ada narasi yang dibangun segelintir elemen masyarakat yang menyebut orang beriman agar tidak takut pada virus corona. Narasi itu bukan menjadikan Islam sebagai agama yang mencerahkan, tetapi justru menggelapkan kehidupan. (ilham)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *