MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar edutalk bertajuk “Evektifitas Pembelajaran Daring ditengah Pandemi Covid-19” via aplikasi zoom Kamis (21/5). Diskusi menghadirkan Wakil Ketua DPR RI komisi X Hetifah Sjaifudian, Anggota komisi X DPR RI Ferdiansyah, dan Wakil Dekan 1 FP UMJ Ismah.
Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua DPR RI komisi X, mengatakan pembelajaran daring/jarak jauh tidak perlu mengejar ketuntasan kurikulum, tetapi lebih difokuskan kepada pembelajaran kecakapan hidup yang lebih bermakna dan bersifat kontekstual. “Sebaiknya ada mekanisme pemberian feedback berkala dari siswa kepada guru dan sebaliknya pada proses pembelajaran agar kegiatan belajar lebih efektif. Akses internet yang tidak stabil di beberapa daerah, mahalnya biaya kuota, beban tugas yang tidak proposional. Kurangnya pemahaman dan kesiapan tenaga pengajar dengan metode pembelajaran jarak jauh. Serta, kesulitan orang tua dalam mendampingi anak-anaknya belajar di rumah menjadi pemasalahan pembelajaran daring saat ini,” ungkapnya.
Hal ini menunjukan Sekolah harus pintar-pintar mengoptimalkan dana operasional dengan tetap memenuhi hak guru dan karyawan, serta menjamin keberlangsungan pembelajaran. Dengan adanya Covid-19, kesadaran pemerintah akan pentingnya pemerataan teknologi semakin tinggi. Diharapkan, kedepannya penyediaan infrastruktur telekomunikasi hingga ke pelosok akan menjadi fokus pembangunan.
“Penggunaan teknologi akan sangat membantu pemerataan pendidikan. Masalah-masalah terkait pendidikan yang timbul akibat masalah geografis dan birokrasi dapat sedikit banyak teratasi. Ada beberapa solusi yang di keluarkan pemerintah diantaranya adalah Penggunaan dana BOS dan dana operasional untuk mensubsidi kuota guru dan siswa yang kurang mampu, Koordinasi dengan Komisi I, Kemenkominfo, Provider seluler, dll untuk menyediakan akses murah/gratis untuk kegiatan pembelajaran hingga ke daerah 3T, Memperbanyak sharing session antara sekolah yang lebih maju dan sekolah yang masih beradaptasi, Pembuatan modul/juklak pelaksanaan PJJ dan secara aktif melakukan pelatihannya untuk guru SMP dan SMA/SMK, serta panduan belajar interaktif bagi Guru, Orangtua dan Siswa TK dan SD, dan Optimalisasi TVRI dan RRI dalam menyebarluaskan konten pembelajaran,” paparnya.
Sementara itu, Anggota DPR Komisi X Ferdiansyah, menuturkan, banyak sekolah, guru, dan siswa yang belum terbiasa dengan teknologi. “Kemendikbud perlu melakukan evaluasi mendalam dan menyeluruh agar bisa mengambil keputusan dan kebijakan yang tepat dari efek pandemi Covid-19. Nilai positif dari pandemi Covid-19 saat ini adalah membuka mata kita semua terhadap sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia, di mana saat ini teknologi belum dimanfaatkan secara maksimal pada sektor pendidikan. Jika kita ingin melakukan efektifitas pembelajaran, dari segi waktu, tenaga dan biaya. Teknologi nampaknya menjadi modal untuk diamanfaatkan pada konsep pembelajaran masa depan,” kata dia.
“Ini jadi catatan penting. Bagaimana ke depan kita bisa menghadapi proses belajar mengajar ada atau tidak adanya pandemi Covid-19. Baik meliputi sarana prasarana (Sarpras), gedung sekolah hingga gawai. Ini semua bisa diseragamkan,” lanjutnya.
Wakil Dekan 1 FP UMJ Ismah juga tidak memungkiri bahwasannya dampak yang di terima karena pandemi covid ini membuat dosen dan mahasiswa harus mengupdate dirinya untuk lebih memanfaatkan teknologi, berfikir berkreasi dalam membangun model pembelajaran yang mudah dipahami dan berjalan dengan baik dan tidak terbebani.
“Dari pandemi ini kita lebih bisa memahami pentingnya teknologi untuk pendidikan,” ujarnya. (Syifa)
(Sumber: Andi Lenamah)