Jum'at, 20 September 2024
Home/ Berita/ Mempertautkan Silaturahim di Tengah Pandemi

Mempertautkan Silaturahim di Tengah Pandemi

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak warga Muhammadiyah untuk tetap merekekatkan dan melekatkan persaudaraan di tengah Pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan saat mengisi Tausiyah Silaturahim Warga Muhammadiyah Jawa Barat, Jum’at (12/6). 
 
“Walaupun silaturhaim digital tetap kita jalankan tetapi yang paling penting adalah persudaraan kita tetap rekat dan lekat,” kata Haedar. 
 
Haedar meingingatkan, musibah yang dialami saat ini memang
sesuatu yang berat baik dalam konteks di Jawa Barat, nasional bahkan sampai ketingkat dunia. Kita tidak bisa membayangkan negara-negara maju yang selama ini begitu perkasa dimuali dari Italia, Spanyol, Jerman, Prancis, kemudian berkembang ke Amerika Serikat dan juga UK itu tiba-tiba mereka menghadapi musibah begitu dahsyat dan kalau catatan sampai akhir mei kemarin kan yang positif sampai menyentuh angka 6 juta dan yang meninggal sampai 300 ribu.  
 
“Ini musibah yang sangat besar dan ini sekaligus menjadi hikmah dalam arti manusia selalu diuji untuk diketahui seberapa syukur, sabar dan iktiarnya dalam hidup ini,” katanya. 
 
Haedar juga menyampikan Covid-19 seperti mengajarkan, bahwa hidup memang tidak berjalan landai terus kalau landai namanya bukan hidup, karena hidup itu dinamikannya begitu rupa dan bersyukur kita kepada Allah karena ajaran agama Islam memberi gaidens bahwa disaat musibah sekalipun kita diberi bingkai ruhani.
 
Ma asaba min musibatin illa bi iznillah, wa may yu’min billahi wahdi qalbah (QS. At-Taqabun: 11). Bahwa apa yang menimpamu itu tidak lepas dari izin dan kekuasaan Allah dan barang siapa yang beriman termasuk ketika menghadapi musibah dia akan ditunjuki hatinya akan diberi hidayah.” kata Haedar. 
 
Dalam situasi sekarang ini Headar meminta warga Muhamamdiyah dan umat muslim untuk  memperkaya ruhani yaitu, pertama  semakin mengetahui bahwa batas-batas bahwa manusia itu memiliki keterbatasan baik illmu maupun ikhtiarnya disaat ada Sunatullah seperti wabah Covid-19. 
 
Mudah mudahan tidak sampai satu tahun ada faksin untuk virus corona, tetapi poinnya adalah betapun tingginya ilmu pandemi kemudian dunia kedokteran, ilmu pengetahuan dan tekonologi selalu ada tantangan baru. 
 
“Jadi ubah musibah ini menjadi tantangan buat kita agar kita semakin taqarrub  kepada Allah, bersyukur kepada Allah, sabar kedada-Nya. Tetapi pada saat yang sama beriktiar terus dan satu diantara iktiar adalah mempererat tali persaudaraan kita,” ajak Haedar. 
 
Lebih jauh Haedar juga menyinggung silaturahmi itu menjadi satu bagian dari ajaran Islam kita yang baik dalam Al-Qur’an maupun hadist Nabi secara syari’ diberi pondasi yang kuat bahkan kalau kita buka Kita Subulussalam di Bab Jam’u di bagian akhir itu dibahas secara khsusus mengenai silaturahim.  
 
Untuk itu kata Haedar silaturahmi menjadi sesuatu yang penting yakni mempertautkan persaudaraan baik rahmi dalam makna bahwa kita ini bersuadara sebagai satu anak keturunan Adam tanpa membedakan agama, golongan, suku dan RAS dan sebagainya.  Muapun juga rahmi dalam makna rahim persudaraan senashab biarpun kalau diurut-urut kita termasuk satu nashab semuanya yaitu nashab anak cucu Adam. 
 
“Nah, mempertautkan persudaraan sekarang diuji disaat Pancdmi Cocid-19 ini apa sih ujiannya. Kalau siturahmi dimaknai sebagai silatur qalb (mempertautkan hati) kita. Disaat pandemi ini teruji sikap satu rasa, sikap empati, sikap mau berbagi dengan saudara kita disaat boleh jadi kita misalkan merasa aman padahal pada saat yang sama ada orang lain akaibat kita tidak hati-hati kemudian tertular,” kata Haedar. 
 
Seperti disinggung Gubernur Jabar, ada kerumunan ada covid-19,  jauh kerumunan jauh Covid-119. Artinya apa, kata Haedar penyakit ini menular karena ada kerumunan ada hubungan secara fisik yang dekat dan kita sering tidak menyadari itu jadi merasa aman kenapa sih tempat kita dilarang pergi, kenapa sih tempat kita dilarang ke masjid kenapa sih kita dilarang bersalaman toh kita tidak apa-apa. Boleh jadi kita tidak apa-apa tetapi sekarang ada OTG ada orang yang tertular lewat kita tetapi kita tertular hanya menjadi medium. 
 
Persoalan ini ada dihati boleh jadi disaat kita aman berfikirkah kita misalkan di rumah sakit banyak dokter yang tidak bisa pulang tenaga kesehatan pengurus rumah sakit bahkan ada diantaranya meninggal dan tidak sempet pulang kembali kerumahnya. Bahkan sampai ke kuburanpun tidak bisa menghantarkannya karena protokol yang sangat ketat. 
 
“Jadi ini silatul qalb, adalah hati kita sebagai sesama manusia kita merasakan itu karena itu maka ketika ada pergantian ibadah di masjid menjadi dirumah dan itu punya dasar kuat keagamaan yang harus menangkap adalah qalb (hati) bukan rasionalitas beragama bukan kebiasaan kita beragama bahkan mungkin soal rasa. Ini juga mengejawantahan dari silaturahim kita,”katanya.   
 
Dalam kesempatan itu Haedar juga mengapresiasi peran Gubernur Jawa Barat yang berhasil menekan jumlah penurunan kasus dengan signifikan sehingga penurunan grafik kasus Covid-19 merupakan kado silaturahim buat warga Muhammadiyah Jawa Barat. (Andi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *