Jum'at, 20 September 2024
Home/ Berita/ Menguatkan Pondasi Muhammadiyah

Menguatkan Pondasi Muhammadiyah

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam silaturahim nasional warga Muhammadiyah yang digelar secara daring pada Ahad (15/6) mengatakan, Muhammadiyah didirikan melalui pondasinya yang sangat kokoh.

Ketika diakhir hayatnya, KHA Dahlan yang sakit tidak mau istirahat, beliau menyampaikan bahwa dirinya ingin mendirikan pondasi yang selesai, sehingga penerusnya lebih mudah melanjutkannya.

“Jadi apa yang diletakkan oleh KH Dahlan itu adalah pondasi yang sangat kuat. Kembali pada al Quran dan Sunnah, juga tajdid, merupakan pondasi yang sangat kokoh. Sehingga kita dapat menghadapi berbagai tantangan di berbagai kondisi dan situasi,” jelas Haedar dalam acara yang diikuti 3.000 partisipan tersebut.

Dengan pondasi itulah, lanjut Haedar, Muhammadiyah memiliki perspektif pemikiran Islam yang sangat kokoh.

“Selain kembali al quran dan sunnah, dan ijtihad, kita juga mengembalikan bayani, burhani dan irfani. Maka dengan perspektif keislaman yang kokoh ini, maka generasi sesudahnya harus merawat dan mengembangkannya,” tutur Haedar.

Selain itu, Muhammadiyah juga punya pondasi idiologi dan rumusan yang kokoh. Langkah 12 muqodimah Anggaran Dasar, MKCH, pedoman hidup islami warga Muhammadiyah, pernyataan pikiran Muhammadiyah abad ke2, dakwah kultural Muhammadiyah, dan juga pemikiran Muhammadiyah terhadap dasar Negara sebagai darul ahdi wasyahadah.

“Ini adalah modal besar untuk mengambil jalan gerakan. Semua gerakan kita bersumber pada perspektif ini. Ketika kita membuat berbagai kebijakan organisasi maka sumbernya adalah prinsip-prinsip organiasi,” jelas Haedar.

Haedar mengajak warga Muhammadiyah untuk mereduksi kepentingan-kepentingan pribadi dan kembali pada kepentingan organisiasi.

Hanya Muhammadiyah yang mampu menembus berbagai pelosok tanah air dan berbagai negara di dunia dengan standar organisasi yang baik. Dan organisasi ini hidup karena ada jiwa, prinsip dan orientasi gerakan.

“Dan kita menghasilkan karya nyata yang langsung dirasakan masyarakat. Di tengah wabah covid-19, masyarakat merasakan Muhammadiyah berperan nyata. MCCC begerak dari pusat hingga ke pelosok semuanya bergerak dengan penuh keikhlasan. Ini adalah jiwa al-maun, ini bukan sesuatu yang sederhana, jangan menganggap hal praktis itu tidak penting, tetapi itu juga tonggak perjuangan yang menjadi Muhammadiyah dipercaya oleh masyarakat,” tegas Haedar.

Haedar juga mengatakan bahwa dalam membangun amal usaha itu tidak mudah.

“Kami di PP Muhammadiyah merasakan bagaimana orang-orang di daerah sampai ranting berjibaku membuat amal usaha, sampai tempat-tempat terjauh. Ini lahir dari sebuah jiwa yang hidup. Di sana ada jiwa yang hidup dari sanubari kita,” ucap Haedar.

Haedar juga menuturkan bahwa Muhammadiyah turut mendirikan Republik ini. Satu hari setelah mendirikan republik ini, Kahar Muzakir salah satu tokoh Muhammadiyah mencari rumusan terakhir, yang disebut sebagai sumbangan terbesar yang diberikan Muhammadiyah untuk bangsa.

“Semuanya kita perankan dengan pertanggungjawaban, bukan hanya di hadapan persyarikatan tetapi juga di hadapan Allah SWT.  Kita harus selalu saling mengingatkan. Kita selalu bermusyawarah. Walaupun sebenarnya musyawarah tidak mudah, karena harus menyepakati dari sesuatu yang sulit,” imbuh Haedar.

Haedar dalam kesempatan itu mengutip pernyataan Mukti Ali, bahwa Muhammadiyah itu gerbongnya panjang dan penumpangnya banyak. Menjadi masinis Muhammadiyah memang tidak gampang. Prinsip-prinsip gerakan di sana harus dipakai, tidak bisa seenaknya bermanuver.

“Dan bahkan Nurcholis Majid menyatakan, Muhammadiyah merupakan organisiasi besar dan modern bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia,” ucap Haedar.

Muhammadiyah merpuakan gerbong panjang dan penumpangnya banyak. Di sanalah tantangan, namun warga Muhammadiyah harus optimis, bahwa kita akan terus berkontribusi lebih baik lagi.

“Kita harus kokoh di dalam, harus makin mandiri. Kita boleh kerjasama dengan siapapun, tanpa canggung, dan tanpa subordinasi. Sejalan dengan itu kita juga harus terus membangun kekuatan organisasi. Soliditas penting, seperti perang uhud, ummat Islam jatuh karena kita tidak solid saat itu, dan karena gonimah. Kita belajar agar hal itu tidak terjadi pada kita, itu menjadi ibrah bagi kita. Kita jangan sampai seolah-olah bersatu tetapi sebenarnya tidak bersatu,” jelas Haedar.

Muhammadiyah bisa terus bermanfaat hingga sampai saat ini juga karena kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM), karenanya menurut Haedar SDM merupakan keniscayaan.

“Maka kaderisasi menjadi sangat penting. Kita harus memberi arah bagi penerus Muhammadiyah, mengayomi dan memberi pedoman. Semua generasi harus direngkuh menjadi kekuatan Muhammadiyah. Kita mungkin kurang membaca aspirasi generasi muda, tetapi bukan halangan. Orangtua harus mengayomi dan meberi ruang mereka. Jangan membuang mereka dan jangan membenci mereka. Mereka adalah generasi yang akan melanjutkan di masa depan. Di tangan mereka nasib Muhammadiyah ke depan,” pungkas Haedar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *