Kamis, 19 September 2024
Home/ Berita/ Kepemimpinan dan Penanganan di Masa Kritis

Kepemimpinan dan Penanganan di Masa Kritis

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA - Kepemimpinan di masa kritis pandemi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para pelaku organisasi profit maupun non-profit. Keberlangsungan sebuah organisasi sangat bergantung pada kemampuan pemimpinnya dalam menghadapi masa kritis. Pada diskusi  siang hari ini (20/06) yang bertemakan “Leadership di Masa Kritis”mengundang Budi Isman selaku CEO Mikro Investindo / Founder Bisniz.id dan Agus Samsudin selaku Ketua MCCC dan Ketua MPKU PP Muhammadiyah dalam mengupas upaya mempertahankan rumah sakit di masa kritis pandemi.

Secara umum, Budi Isman sampaikan bahwa dalam organisasi manapun tentu memiliki kompetensi - kompetensi utama untuk membangun sebuah organisasi atau perusahaan. Budi Isman merangkum kemampuan tersebut menjadi 5 point utama, diantaranya kemampuan mengontrol diri dimana seorang pemimipin dapat tetap bersikap tenang menghadapi masa kritis. Kemudian kemampuan dalam komunikasi, komunikasi baik antar pemangku kepentingan maupun komunikasi terbuka terhadap para karyawannya. Di sisi lain ketegasan juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang tentunya ketegasan itu didukung oleh data dan fakta .

“Fakta dan data berguna dalam mengambil keputusan karena berdampak dalam jangka panjang, ketegasan juga harus sesuai dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan serta kemampuan melihat prioritas,” ujarnya.

Lebih lanjut, kemampuan beradaptasi dalam situasi yang berubah - ubah serta kekreatifitasan dan inovasi seorang pemimpin juga sangat diperlukan. Kemampuan tersebut berguna untuk mempertahankan keberlangsungan sebuah perusahaan.

“Kadang ide - ide simpel yang sederhana datang dari karyawan biasa dapat membantu perusahaan, maka leader harus memiliki kemampuan untuk memberikan kesempatan pada tim untuk berkreasi serta berpikir kreatif,”imbuhnya.

Secara garis besar standar kompetensi sebuah organisasi memang sama, yang membedakan bergantung pada kondisi tiap organisasi itu sendiri. Dalam hal ini kaitannya dengan rumah sakit Muhammadiyah (RSMA), Agus Samsudin sampaikan upaya - upaya yang harus dilakukan dan perlu ditinjau untuk mempertahankan keberlangsungan RSMA di masa kritis pandemi. Pada sisi pendapatan RSMA, marketing di beberapa rumah sakit harus saling terjalin. Hal tersebut berkaitan pada pembelian bahan baku yang bisa dilakukan bersama - sama untuk meminimalisir biaya pengeluaran.

Adapun pada sisi investasi dimasa kritis ini yang dapat dilakukan adalah membangun partnership dengan memiliki standarisasi pembelian yang gunanya sama untuk menekan pengeluaran biaya. Kemudian, RSMA harus mulai melihat bahwa di Muhammadiyah memiliki kemampuan ekosistem yang tinggi secara khusus pada fakultas di perguruan tinggi yang terkait. Maka yang perlu diupayakan adalah menjalin koneksi dengan satu sama lain untuk bisa bersinergi bersama. Kemudian yang menjadi sangat penting adalah bahwa RSMA harus mampu untuk beradaptasi pada digitalisasi.

“Di masa kritis ini baik bagi masyarakat secara besar maupun individu, literasi digitalisasi sangat dibutuhkan. Bahwa sinerginya tidak harus tatap muka tapi sekarang harus melalui digitalisasi,” ujarnya.

Adapun berpikir komersial di masa kritis juga diperlukan dalam upaya menjaga keberlangsungan sebuah organisasi atau perusahaan.

“Salah satu kunci utama adalah memperbaiki apa yang harus diperbaiki, memprioritaskan pada apa yang dapat dipengaruhi, maka kita harusnya memberikan dampak positif bagi banyak orang sebagai profit dalam sebuah impact organisation,” pungkas Budi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *