Jakarta - Memperingati milad satu abad Muhammadiyah, Media Center PP (Pengurus Pusat) Muhammadiyah bekerja sama dengan MPI (Majelis Pustaka dan Informasi) PDM (pengurus Daerah Muhammadiyah) Jakarta Timur mengadakan pelatihan jurnalistik gelombang kedua untuk para akademisi dan kader Muhammadiyah se-Jabodetabek di kampus Uhamka (Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka), Pasar Rebo, Jakarta, dengan mengusung tema “Media dan Pembentukan Watak Bangsa.”
Kegiatan ini diikuti sebanyak 28 orang, meliputi mahasiswa anggota IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Muhammadiyah Bogor, Uhamka, kader dari Aisyiah dan ortom muhammadiyah yang lain. Saat pembukaan acara, Dekan 2 FKIP (Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Uhamka, Dra. Hj. Elah Soleha, M.Pd, mengatakan, sangat berterimakasih atas kepercayaan Media Center PP Muhammadiyah dan MPI PDM Jakarta Timur kepada Uhamka sebagai tempat pelatihan jurnalistik kali ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua PDM Jakarta Timur, Jamaludin, M.Kom. Dia mengatakan, Indonesia dan Muhammadiyah pada masa ini sangat kesulitan dan kekurangan orang-orang yang mampu dan kompeten di bidang jurnalistik, “Kami melihat bahwa Negara Indonesia dan Muhammadiyah pada saat ini kekurangan sumber daya manusia yang berpotensi dalam bidang jurnalistik dan lagi sangat jarang mengisi konten-konten yang tersedia di berbagai media online ataupun surat kabar,” ucap Jamaluddin.
Edy Kuscahyanto, Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah, dalam pemaparannya saat pelatihan mengatakan, dunia jurnalistik adalah dunia yang sangat menarik, penuh tantangan dan siapapun mampu menjadi seorang jurnalis, “Terjun dalam media massa sangat menarik, penuh dengan tantangan karena kita dituntut untuk selalu update dalam berbagai hal, siapapun berhak menjadi jurnalis dan mampu menjadi jurnalis,” kata Edykus.
Mustofa W. Nahrawardaya, Wakil Kepala Media Center PP Muhammadiyah dalam materi dengan tema ‘Manajemen Isu’, mengemukakan bahwa isu akan menjadi besar dan kecil tergantung dari bagaimana kita merencanakan isu tersebut. “Isu itu bisa membuat cacing menjadi naga, naga menjadi cacing,“ ujarnya. (A Ar Rasya)