MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Belakangan masyarakat diresahkan dengan informasi bahwa alat ukur suhu tubuh tembak (thermogun) memiliki dampak samping terhadap jaringan otak.
Menjawab isu tersebut, dokter spesialis syaraf RS PKU Yogyakarta Zamroni menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar dan berlebihan.
“Allah menciptakan otak di dalam lapisan yang memiliki banyak lapisan, alangkah lengkapnya proteksi yang ada di situ. Dari segi anatomis (kepala manusia), alat ini masih cukup aman untuk digunakan,” jelas Zamroni dalam Healthy Corner yang disiarkan secara live melalui youtube Muhammadiyah Channel, Selasa (28/7).
Zamroni menilai informasi itu berlebihan sebab semua alat detector selain thermogun yang digunakan di bandara, hotel, dan lainnya juga memakai infrared.
Menurut Zamroni, selain mengikut pada protokol kesehatan untuk mengurangi kontak fisik, penggunaan thermogun juga tepat digunakan dalam batas yang wajar.
“Thermogun sudah lama dipakai untuk anak kecil. Dulu (sebelum pakai termo tempel di tempat yang banyak pembuluh darah seperti anus, ketiak, bawah lidah. Tapi kan tidak mungkin mengukur di tiga area itu,” imbuhnya.
Menyambung Zamroni, ahli Kesehatan Masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Semarang Didi Sumanto menilai berkembangnya disinformasi mengenai isu bahaya thermogun tidak lepas dari kesehatan mental masyarakat.
“Kita harus pahami. Ini juga dipicu hoaks dari berbagai hal. Masyarakat yang terpelajar pun belum punya kesiapan mental. Pengalaman saya (dalam sosialisasi) harus bagaimana agar masyarakat tidak takut. Kami di bidang Kesehatan Masyarakat harus berhati-hati dalam mengemas informasi,” ungkapnya.
Terakhir, Didi menghimbau agar masyarakat tidak takut secara berlebihan sepanjang mentaati dan menjalankan protokol kesehatan yang telah disampaikan oleh para ahli terkait pandemic Covid-19. (afn)