MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA- Dalam acara dan kunjungan di Yogyakarta, Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian berkesempatan silaturahmi dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Ketua Umum Partai Golkar ini diterima Haedar di Grha Suara Muhammadiyah, Sabtu (8/8) siang. Sebelum ini, Airlangga dan para tokoh bangsa juga bersilaturahmi ke PP Muhammadiyah di Jakarta maupun ada yang khusus ke Yogyakarta.
Hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah, komponen bangsa, bahkan dengan tokoh dan lembaga internasional berjalan baik.
Silaturahmi Haedar Nashir dan Airlangga Hartarto di Grha SM berlangsung santai dan informal, membicarakan masalah-masalah kebangsaan dan bagaimana solusinya.
"Ya, mendialogkan masalah-masalah bangsa secara umum, tidak ada pembicaraan dan agenda program khusus", tegas Haedar.
" Sudah agak lama Pak Airlangga mengagendakan silaturahmi kepada Ketum PP Muhammadiyah, sempat tercancel karena situasi Covid lagi memuncak," imbuh Haedar.
Usai silaturahmi dengan Ketum PP Muhammadiyah, Airlangga sempat meresmikan Bulogmu yang berada dan menjadi bagian dari usaha SM, serta membuhuhkan tandatangan.
Kepada Deni Asyari, Direktur Utama Suara Muhammadiyah, Menko Perekonomian Airlangga, mendorong agar BulogMu dikelola secara lebih luas.
”Saya melihat, ini sudah seperti Bulog Nasional, yang berada di pusat kota, jadi kalau bisa, jangan hanya di Jogja, namun juga diperluas secara nasional. Karena BulogMU ini, lumbung pangan yang sangat strategis”, tuturnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah secara rutin banyak menerima tamu dari berbagai kalangan, meakipun dalam suasana Covid-19 relatif terbatasi.
"Sejumlah tokoh nasional ketika ke Yogyakarta, lebih-lebih di masa Covid-19 ini, ingin silaturahmi. Sebagai representasi organisasi besar Muhammadiyah, saya tentu menyambut baik silaturahmi yang membahas masalah umat dan bangsa serta bagaimana mencari solusinya. Diskusi biasanya mengalir saling tukar pandangan dan informasi", tegas Haedar.
Sebagai organisasi Islam dan kemasyarakatan modern terbesar, tentu Muhammadiyah sering ditanya dan diminta pandangannya tentang keumatan dan kebangsaan. Haedar bahkan sering menerima tamu warga yang menyampaikan bermacam masalah, selain dari kalangan Muhammadiyah Cabang atau Ranting.
Masalah kebangsaan memang memerlukan diskusi dan dialog banyak pihak, karena kompleksitas problem kebangsaan itu menyangkut berbagai aspek.
"Saya juga tidak lupa memberikan catatan, kritik, dan masukan yang objektif dan konstruktif sesuai prinsip, kepribadian, khittah, dan marwah Muhammadiyah", pungkas Haedar.