MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Membuka Tanwir III Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang digelar secara daring, Ahad (6/9) Ketua Umum PP Muhammadiyah berpesan tiga hal untuk kader NA di seluruh Indonesia.
Pertama, Haedar berpesan agar kader NA mempertajam perangkat pemahaman keagamaan Muhammadiyah, yakni cara berpikir Bayani, Burhani dan Irfani.
Bagi Haedar, ciri berpikir Muhammadiyah adalah menggunakan tiga unsur tersebut sehingga apa yang dihasilkan oleh Muhammadiyah sejak masa Kiai Dahlan hingga sekarang dalam memberi solusi selalu memiliki landasan teologis, ilmu sains dan teknologi serta pendekatan hikmah.
“Kalau satu saja yang dipakai maka yang hadir adalah hitam putih. Padahal dulu Kiai Dahlan lahir dari pemikiran Keislaman yang kaya. Perkaya ilmu dan hikmah,” pesan Haedar sembari mencontohkan bagaimana sikap Muhammadiyah menghadapi pandemi dengan pendekatan tiga komponen tersebut, yakni memberikan pedoman, fatwa, putusan keagamaan, sekaligus menerjemahkan dalam bermacam aksi amal sosial yang nyata.
“Kita bukan hanya menyikapi dengan mencari argumentasi teologis, tapi sekaligus juga memberi solusi agar kita sebagai kekuatan Islam mampu menghadirkan Islam yang rahmatan lil alamin di saat masyarakat membutuhkan dan darurat. Bahwa Muhammadiyah dan seluruh komponennya ketika memberi solusi dalam kehidupan, keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal dasarnya adalah diniyah (keagamaan) yang memecahkan masalah, bukan yang menimbulkan atau menambah masalah,” rangkumnya.
Kedua, Haedar berpesan agar NA terus menggali pemikiran dan sejarahnya untuk memahami identitas gerakan NA yang tidak tercerabut dari akarnya. Menurutnya, gerakan pencerahan yang dibawa Muhammadiyah harus memiliki tiga dimensi yakni arah pemberdayaan, arah pembebasan, dan arah pemajuan.
“Buka pernyataan pemikiran Muhammadiyah abad kedua. Islam Berkemajuan menjadi perspektif Muhammadiyah dalam era abad kedua untuk memberi pemecahan persoalan baru,” sambungnya.
Terakhir dalam menghadapi dinamika kebangsaan, NA harus menyadari bahwa perjuangan gerakan pencerahan bukan aksi politik praktis yang berjangka pendek untuk kepentingan sementara namun beresiko sangat besar sehingga Haedar berpesan agar NA tidak terseret arus.
“Menghadapi situasi keumatan dan kebangsaan yang kompleks apapun kita selalu punya perspektif dari Islam Berkemajuan, gerakan pencerahan dan misi dakwah dan tajdid dalam pola prinsip kepribadian dan garis perjuangan Muhammadiyah. Insya allah diberkahi Allah jaga tetap keikhlasan, komitmen dan rasa bersaudara satu sama lain,” tutup Haedar. (afn)