MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat di segala aspek, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar Pemuda Muhammadiyah memegang erat khittah dan marwah organisasi.
“Kematangan menjadi kunci dalam perjalanan Pemuda Muhammadiyah menghadapi perubahan tata ruang sosio historis, sosio politik, sosio ekonomi dan keagamaan yang berkembang cepat. Dalam aspek praksis, Pemuda Muhammadiyah harus hadir di setiap komunitas dari perkotaan hingga desa terjauh dengan dakwah komunitas. Pemuda Muhammadiyah juga harus bersinergi dengan ortom lain dan keluar, sembari tetap menjaga harga dan marwah organisasi,” tegasnya.
Dalam sambutan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Internal Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia, Ahad (27/9) Haedar menyinggung perubahan yang cepat tersebut turut membawa dampak buruk, terutama bagi umat muslim yang tertinggal secara ekonomi.
Ketertinggalan itu menyebabkan umat muslim yang mayoritas mempunyai mentalitas apologetik dan mentalitas terkepung hingga selalu mencari kambing hitam sebagai jawaban. Dalam cara keberagamaan, mentalitas ini menurutnya mengakibatkan cara pandang yang reaktif, konfrontatif, dan lari pada romantisme sejarah.
Karena itu dirinya berpesan agar Pemuda Muhammadiyah hadir sebagai aktor dan subyek perubahan, termasuk di kalangan tersebut dengan hikmah, ilmu, integritas dan solusi alternatif yang konstruktif.
Untuk keperluan itu, Haedar mengingatkan agar dalam aspek keagamaan dan ideologi, Pemuda Muhammadiyah harus satu frame dengan pandangan keagamaan formal Muhammadiyah yang mengandung tiga unsur, Bayani (dalil), Burhani (akal), dan ‘Irfani (hikmah).
“Di tengah kekacuan politik, Pemuda Muhammadiyah harus seksama, pandai membaca arus politik, dan masalah kebangsaan agar tetap berprinsip dan tidak terseret arus,” pesannya.
Terakhir, Haedar berpesan agar seluruh elemen Pemuda Muhammadiyah terus menjaga kebersamaan beserta enam hal pokok berupa penguatan integritas dan kualitas diri, pemahaman keislaman dan ideologi, membangun sistem organisasi yang solid, mengembangkan praksis dan program komunitas, mengembangkan sinergi dan kerjasama, serta peran keumatan dan kebangsaan dan di ranah global.
“Muhammadiyah adalah Persyarikatan. Semua keputusan berdasar pada kemufakatan pada organisasi. Untuk peran kebangsaan dan kesemestaan harus menjadi prioritas. Jaga terus kebersamaan,” tutupnya. (afn)