Kamis, 16 Januari 2025
Home/ Berita/ Cara Muhammadiyah Melestarikan Ajaran Nabi Muhammad

Cara Muhammadiyah Melestarikan Ajaran Nabi Muhammad

Oleh: Hendra Hari Wahyudi

Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi manusia. Secara teologis, klaim tersebut sangat kuat tertanam pada kesadaran umat muslim. Dalam semua persoalan: politik, sosial, budaya dan ekonomi kita nyaris berupaya mengidentifikasi teladan Nabi Muhammad. Tidak terkecuali bagi warga Muhammadiyah. Sebagai organisasi yang menggunakan nama Nabi Muhammad, tiada maksud lain kecuali hendak menegakkan semangat perubahan sosial yang pernah diusung oleh Nabi Muhammad yakni penghapusan diskriminasi, penguatan pengetahuan dan pembelaan keadilan. Oleh karena itu inspirasi teologis Muhammadiyah adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.

Cara Muhammadiyah menghidupkan ajaran Nabi Muhammad adalah dengan strategi yang lebih modern dan “berkemajuan.” Ini adalah karakter khas Muhammadiyah. Contohnya dengan formalisasi amal jariyah melalui pembentukan lembaga sosial, pendidikan, filantropi, kebencanaan dan kemanusiaan. Paling terkini adalah Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang dibentuk seiring dengan keterlibatan Muhammadiyah dalam mitigasi kebencanaan. Kemudian ada lembaga zakat bernama Lazismu. Problem dan tantangan manusia modern memang agak berbeda. Sekarang skala bencana alam makin dekat dengan kehidupan kita akibat kapitalisme dan neoliberalisme. Begitu pula dengan bencana sosial berupa kemiskinan dan ketimpangan kesejahteraan yang menghasilkan kaum dhuafa masa kini. Muhammadiyah berupaya dengan sekuat tenaga menghadirkan solusi mulai dari persoalan kemanusiaan, lingkungan, dan kebangsaan.

Muhammadiyah mengkontekstualisasi sifat-sifat mulia Rasulullah seperti shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (mempromosikan kebaikan) dan fathonah (intelektualitas). Maka dengan menjadi warga Muhammadiyah, terdapat tantangan besar untuk senantiasa meneladani Nabi Muhammad.

Tidak terasa Persyarikatan Muhammadiyah akan menapaki usianya yang ke-108 pada tanggal 18 November 2020. Ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Muhammadiyah. Sebab, sebagai gerakan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah mampu bertahan hingga lebih dari satu abad. Bukti nyata bahwa Muhammadiyah mampu bertahan dan berkembang sesuai perkembangan zaman, tentunya dengan tetap menjaga khittah perjuangannya.

Sejak zaman kolonial hingga era digital, Muhammadiyah tumbuh dan berkembang dengan konsisten dan kontinyu (berkelanjutan). Mampu menghadapi berbagai permasalahan bangsa dengan tenang dan santun, serta dapat memposisikan diri sebagai Persyarikatan yang berfokus pada gerakan dakwah, kemanusiaan, lingkungan dan kebangsaan. Berbekal dan dengan meneladani Rasulullah menjadi modal utama Muhammadiyah dalam melangsungkan gerakannya, amal usaha yang turut serta membangun bangsa menjadi peran nyata untuk membantu negeri diberbagai kondisi, termasuk di masa pandemi seperti saat ini.

Muhammadiyah memperluas makna menjadi pengikut Nabi Muhammad. Tidak hanya berhenti meneladani aspek ibadah, namun juga menjadikan segala sesuatu yang berada di luar ritual sebagai ibadah. Dengan begitu, apapun yang dilakukan, Muhammadiyah hanya mengharapkan ridha dari Allah SWT. Bukan demi kepentingan politik praktis, atau keuntungan bahkan kekuasaan. Semua yang dilakukan demi kemaslahatan umat, ekosistem lingkungan dan bangsa. Meski demikian, bukan berarti Muhammadiyah tidak melarang atau membatasi kadernya berdakwah dalam bidang politik. Tentu dengan syarat tetap menjaga reputasi dan martabat Muhammadiyah sekaligus mampu menjaga infiltrasi kepentingan politik destruktif mempengaruhi organisasi. Ini merupakan ciri khas Muhammadiyah yang membuatnya tetap miliki posisi strategis dalam kehidupan berbangsa.

Bagi Muhammadiyah, meneladani Nabi adalah dengan berupaya menjadi  oase bagi kegersangan moral dan kebermaknaan hidup. Muhammadiyah dengan segala keterbatasan dan kekuatan yang ada, berupaya menghadirkan perbaikan-perbaikan. Dalam bidang politik kebangsaan, Muhammadiyah menjalankan tugasnya sebagai civil society misalnya melalui agenda “jihad konstitusi.” Bahkan dalam konteks saat ini, Muhammadiyah merupakan organisasi keislaman pertama yang secara tegas menolak UU Cipta Kerja/Omnibus Law. Tentu sikap ini sudah melalui kajian yang matang dan semata-mata untuk menjembatani kegelisahan kaum mustadhafin dan mencegah kerusakan lingkungan. Selain itu karena Muhammadiyah termasuk yang terlibat aktif membidani kelahiran Republik Indonesia. Maka sudah wajar Muhammadiyah hendak menegakkan status negara ini sebagai negara hukum dan bukan negara kekuasaan sehingga tidak melenceng dan bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila.

Muhammadiyah tidak pernah mengklaim dirinya yang paling benar, namun Muhammadiyah berusaha untuk menjadi yang sesuai sebagaimana perintah dalam al-Quran dan as-Sunnah. Bagi Muhammadiyah semua amal usaha ini semata-mata adalah bentuk lain dalam beribadah kepada Allah dan bagaimana bersikap kepada kehidupan, sebagai khalifah fi-al-ardh.

Oleh karena itu, sebagai kader, anggota, bahkan pimpinan dari Persyarikatan, sudah pastinya kita meneladani pula sifat dan sikap Rasulullah. Karena Muhammadiyah didirikan sebagai gerakan amar ma'ruf nahi munkar (QS. Ali Imron ayat 104), sebagaimana Rasulullah dulu mengajak kepada umatnya serta siapapun untuk mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah serta menjauhi perbuatan yang munkar.

Editor: Fauzan AS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *