Yogyakarta- Jumlah kematian Ibu di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini ditambah dengan masih rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini atas kesehatan reproduksi mereka sehingga kanker serviks menjadi penyakit pembunuh pertama perempuan di negeri ini.
Hal ini disampaikan Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan-Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK-UMY), Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat, saat diskusi kunjungan akademik yang dilakukan oleh rombongan dosen dari Faculty of Nursing, Khon Kaen University Thailand.
Dalam kunjungan akademik ini, rombongan yang terdiri dari 13 dosen dari Pediatric Nursing, Community and Family Nursing, dan Midwifery Nursing tersebut melakukan diskusi mengenai berbagai isu kesehatan secara umum dan khususnya keperawatan yang kasusnya sering ditemui baik di Indonesia dan Thailand.
Dalam diskusi tersebut, Sri mengungkapkan jika jumlah kematian ibu masih sangat tinggi yaitu 228 kematian pada setiap 100.000 kasus dimana penyebab kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, seperti pendarahan yang mencapai 28%, eklampsia atau keracunan saat kehamilan (24%), infeksi (11%), komplikasi pasca kelahiran (8%), dan aborsi (5%).
Sri menambahkan apabila kanker serviks menjadi penyakit pembunuh pertama perempuan di Indonesia karena masih rendahnya perempuan Indonesia yang melakukan deteksi dini sehingga mereka datang ke rumah sakit setelah level lanjut.. “Kekerasan pada perempuan, baik secara publik maupun domestik juga menjadi penyebab munculnya isu kesehatan pada wanita. 96% kekerasan tersebut terjadi secara internal atau domestik” terangnya. Lebih lanjut, Ia mengatakan jika pada tahun 2009, kekerasan pada perempuan mencapai 143.586 dan jumlah ini meningkat 263% dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 54..425 korban kekerasan. Bentuk dari kekerasan tersebut bervariasi mulai dari fisik, psikologi, sosial, dan ekonomi.
Sementara itu, Head of Advance Midwifery Program, Faculty of Nursing, Khon Kaen University Thailand, Nilubon Rujiraprasert, RN, Ph.D mengungkapkan jika kanker payudara lebih banyak terjadi di Thailand dibanding dengan penyakit kanker serviks dan hal ini berkebalikan dengan kondisi di Indonesia. “Selain itu, 1/5 dari populasi perempuan dunia telah mengalami pelecehan baik secara fisik maupun seksual oleh orang lain dan 1/3 perempuan mengalami pelecehan yang dilakukan oleh suami maupun pria dari keluarganya sendiri,” urainya.
Nilubon juga menuturkan jika kekerasan istri di negaranya juga merupakan isu personal sehingga tenaga kesehatan menjadi tokoh utama dalam menjalin kontak dengan mereka yang mampu memberikan dukungan atau informasi terkait dengan isu kekerasan perempuan yang berdampak pada kesehatan perempuan.