Yogyakarta -Keberadaan situs warungboto di wilayah kecamatan Umbulharjo merupakan salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam penataan ruang wilayah ini untuk memberikan identitas wilayah yang khas. Namun saat ini, kondisi situs Warungboto sangat memprihatinkan. Padahal, situs ini bernilai sejarah tinggi dan potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Hal itu disampaikan dalam Forum Discusion Group Pimpinan Ranting Muhammadiyah Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta beberapa waktu lalu Selasa (3/6).
Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan ruang di kampung Warungboto, konsep penataan ruang yang humanis perlu dibangun dan dikembangkan oleh dan dalam masyarakat. Penataan ruang ini juga perlu melingkupi pengembangan potensi yang ada, salah satunya adalah situs Warungboto. Berbagai pengalaman pelestarian menunjukkan bahwa masyarakat di suatu kawasan pusaka yang memiliki pemahaman tentang pelestarian akan dengan antusias terlibat dalam pengelolaan lingkungan pusaka. Satu hal yang tidak pula dapat diingkari, bahwa masyarakat dapat ikut memelihara dengan adanya kesadaran fungsi ekonomi selain karena hidup bersama.
Sebagai salah satu asset budaya kota, situs Warungboto perlu dilestarikan dan diberdayakan secara inovatif-terpadu guna meningkatkan kemanfaatanya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Pandangan ini selaras dengan kebijakan dalam UU 32/2009 yang mengarahkan pelibatan masyarakat sebagai subyek dalam upaya pengelolaan lingkungan guna meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan: menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat; dan menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasaan social. Berbagai pertimbangan di atas mendasari digagasnya program kampung Warungboto berdaya untuk Optimalisasi Kehidupan Masyarakat (bayu) (dzar)