Kasihan, Bantul - Kaderisasi ulama yang sesuai dengan kebutuhan zaman menjadi tantangan umat Islam. Penekanan kebutuhan zaman merujuk pada tantangan internal dan eksternal. Hal itu disampaikan Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin pada pengajian Ramadhan 1435 H di depan anggota Muhammadiyah se Indonesia di Gedung AR. Fakhruddin B lantai 5 Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis petang kemarin (3/7).
Lukman menyatakan tantangan internal berupa teknologi dan model komunikasi generasi muda Islam. Teknologi telah mengubah metode generasi muda Islam dalam mengakses ilmu dan informasi. Jika sebelum teknologi sangat canggih seperti saat ini bisa dinikmati secara massal dan murah, generasi muda Islam mengakses ilmu melalui guru atau kiai dan informasi bisa disaring berdasarkan nilai-nilai yang sesuai dengan umur, karakter dan budaya generasi muda Islam di Indonesia. Saat ini, teknologi dipakai dan semua informasi tidak terbendung, diterima tanpa dipilah.
Dari sisi internal umat Islam, menurut dia, ulama yang diperlukan saat ini yang bisa mengembangkan pemahaman pluralistik. Dalam berdakwah, misalnya, ulama harus membedakan antara esensi dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar.
Esensi dakwah dalam konteks Indonesia yang umatnya memiliki perbedaan organisasi dan beragam pemahaman agamanya harus mengedepankan metode yang bisa diterima secara baik esensi maupun metodenya atau dakwah model mau'idhah hasanah. Dengan pendekatan demikian, ulama atau pendakwah tidak terjebak pada kebiasaan buruk yang mudah mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham, yang akhirnya membahayakan keberagamaan di Indonesia.
Menurut dia lembaga kaderisasi ulama menjadi gagasan penting yang perlu dipikirkan pelembagaannya. Dengan lembaga kaderisasi ulama diharapkan bisa lahir ulama sesuai zaman dan tantangan yang harus dijawab. (dzar)