Sukoharjo – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sukriyanto AR mengingatkan bahwa perkembangan iptek, informasi, transportasi dan migrasi penduduk yang begitu cepat menjadikan tantangan berat bagi kepanduan Hizbul Wathan (HW).
“Karena itu, HW harus segera mengambil langkah-langkah strategis dan taktis,” tandasnya di depan Seminar Akselerasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Sebagai Pandu Modern dan Pandu Sejati,” di Auditorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Sabtu (23/8).
Sukriyanto meminta pimpinan HW harus ada peningkatan gerak organisasi, sekaligus harus mau menekuni, mengembangkan HW baik dari aspek organisasi, ideologis maupun aktifitas konkrit. HW harus membangun sumber daya manusia, banyak melakukan pelatihan-pelatihan baik teoritik keilmuan, fisik ketrampilan, disamping juga melakukan studi banding baik dalam negeri maupun luar negeri.
HW musti mau melakukan sosialisasi, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan dan juga di berbagai kampung, desa, kecamatan, daerah dan propinsi yang belum ada Muhammadiyahnya. "HW harus jadi pelopor", ujarnya.
Ke depan HW harus dipersiapkan antara lain dengan menanamkan visi dan misinya. HW harus menegaskan kembali visinya sebagai kader Muhammadiyah, kader umat dan kader bangsa. Misi HW seperti yang tersebut dalam simbol-simbol, perjanjian dan undang-undang harus selalu ditampilkan diwujudkan dalam masyarakat.
144 Pandu HW PTM Ikuti Jambore Nasional
Sebanyak 144 Pandu Hizbul Wathan (HW) Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) mengikuti Jambore Nasional HW 2014 yang diselenggarakan (21 – 24/8) di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). “Mereka berasal dari 25 PTM dari seluruh Indonesia,” jelas Ketua Umum Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan HW, Uun Harun Syamsuddin , di Kampus UMS, Sukoharjo, Jumat kemarin (22/8).
Uun mengatakan, Jambore Nasional kali ini adalah jambore penuntun atau penegak kalau Pramuka untuk pertama kali setelah kepanduan HW dibekukan oleh pemerintah tahun 1961 lalu. Tujuan jambore kali ini sebagai ajang silaturahim dalam rangka mempererat ukhuwah kepanduan HW. Selain itu, untuk menyamakan persepsi kepanduan HW, baik model, metode latihan, sekaligus memperbarui metode yang sudah tidak sesuai dengan jamannya. “Tentu saja itu semua untuk membangkitkan kembali kepanduan HW yang sempat ditidurkan sejak tahun 1961, dan kini beberapa tahun belakangan ini dibangkitkan lagi,” jelasnya.(dzar)