Yogyakarta- Indonesia akan menjadi tuan rumah Asean Economic Community (AEC) 2015 di mana Malaysia merupakan salah satu anggotanya. Kedua negara ini tentunya akan semakin membutuhkan satu sama lain. Selain itu, keduanya tidak hanya harus saling memahami tentang budaya masing-masing tapi juga sistem hukum yang berbeda. Karena itulah, untuk mempersiapkan hal tersebut, 18 mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengadakan kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk mempelajari sistem hukum yang diajarkan pada mahasiswa serta penerapannya di Indonesia.
Kunjungan yang diikuti oleh 15 mahasiswa Sarjana dan 3 mahasiswa Pascasarjana Fakulti Undang-Undang (Fakultas Hukum) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) tersebut, disambut langsung oleh Direktur Internasional Program for Law and Sharia (IPOLS) UMY, Nasrullah, SH., S.Ag., MCL, di ruang sidang Fakultas Hukum Kampus Terpadu UMY. Kunjungan yang dilakukan pada Kamis (22/01) tersebut mengangkat tema "Connecting Culture: Intra-Relation of Knowladge Programme 2015".
Dalam sambutannya, Nasrullah menyampaikan bahwa kunjungan tersebut penting dalam upaya persiapan AEC 2015. Sebab dalam AEC tersebut selain membuka pasar ekonomi di tingkat Asean, hal itu juga akan membuka semua peluang lulusan sarjana hukum dari berbagai Negara, baik dari Malaysia ke Indonesia maupun dari Indonesia ke Malaysia. Para lulusan itu juga berpeluang untuk mengambil peran dalam masyarakat ekonomi Asean, yang akan lebih memfokuskan dirinya pada bidang hukum.
“Saya melihat kunjungan ini merupakan kunjungan yang penting terhadap pemahaman hukum. Kunjungan ini akan sangat bermakna bagi teman-teman dari Malaysia bahwa Indonesian legal system itu seperti apa. Kita pun harus semakin membuka diri sebagai mahasiswa akan pemahaman tentang common law system,” ujarnya.
Nasrullah menambahkan, menurut pengalamannya orang Malaysia yang pernah berkunjung ke UMY, mereka menyadari bahwa banyak kemajuan yang telah Indonesia alami. Ia menjelaskan bahwa orang Malaysia yang pernah datang ke UMY pasti melihat UMY dan Muhammadiyah luar biasa, karena mampu mengembangkan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain secara mandiri.
“Mereka menyadari banyak kemajuan yang telah kita alami, lebih-lebih saat mereka datang ke UMY misalnya, itu sesuatu yang luar biasa, karena tidak ada satu organisasi muslim di Malaysia mampu menggerakkan institusi pendidikan dan kesehatan seperti yang kita lakukan. Dimana Indonesia masyarakatnya lebih mandiri, sementara di sana mereka sudah biasa disubsidi dalam banyak hal, semuanya pemerintah yang melakukan, sehingga saat mereka mengetahui bahwa organisasi Muhammadiyah mampu mengerakkan 170 lebih universitas adalah suatu hal yang luar biasa bagi mereka” imbuh Nasrullah. (Shidqi)(mac)