Kamis, 16 Januari 2025
Home/ Berita/ Berbagi Kebahagiaan Di Balik Gunung Sungging Bersama LAZISMU

Berbagi Kebahagiaan Di Balik Gunung Sungging Bersama LAZISMU

Bogor- Suatu malam di ketinggian bukit di balik Gunung Sungging, Kabupaten Bogor, terdengar raungan mesin mobil. Sorot lampu keatas terlihat jelas dari Kampung Cibuyutan, Desa Sukarasa, Kabupaten Bogor, pukul 03.00 wib, malam itu jelang sahur. Suara mesin itu makin dekat terdengar, lampu sorot salah satu mobil rombongan itu menyorot tajam sekolah madrasah ibtidaiyah (MI) Miftahus Solah, tempat rombongan tim Lazismu dan Suzuki Jip Indonesia (SJI) memusatkan kegiatannya di desa terisolir itu.
 
Sebanyak 20 mobil While Drive 4 x 4 Suzuki Jip tiba di lokasi. Kami yang datang lebih awal Sabtu sore (4/7/2015) malam itu terbangun dari tidur bersama warga. Kedatangan kawan-kawan SJI membuat malam menjelang sahur berubah ramai. Tidak ada lagi terdengar suara anjing melolong dan suara nyamuk mendekat ke telinga saat dingin menusuk tulang.
 
Sahur, sahur, sahur, kata Rusdi dengan suara lantang. Kami semua yang tertidur bangun untuk sahur bersama rombongan dan warga setempat. Rasa letih dan kantuk hilang saat semuanya duduk bersama menikmati santap sahur. Tawa-canda terus menemani sampai waktu subuh tiba. Ramadhan tahun ini merupakan kegiatan yang ketiga sejak 2013 bersama Lazismu dalam program Adventur for Humanity. Desa-desa terisolir sasaran utama memberikan kebahagiaan kepada warga setempat dengan berbagi. Pada 2015, Kampung Cibuyutan, Desa Sukarasa, menjadi saran berikutnya dengan tema Delivering Happiness. 
 
Menurut Zulkifli Haes dari SJI Jabodetabek, sejak survey pada 20 Juni lalu Desa terpencil ini menarik disinggahi. Track yang menantang membuat komunitas ini tertarik dating ke lokasi, ditambah lagi jalan menuju lokasi jalurnya terbilang baru. Di samping itu, tujuan utamanya adalah berbagi kebahagiaan kepada sesama.   
 
Zulkifli mengatakan, Kampung Sukarasa terdiri dari 124 kepala keluarga. Dua puluh tiga jiwa diantaranya adalah jompo dan hidup dalam keadaan dhuafa. “Bahkan di kampung ini, 40 orang buta aksara,” katanya. Yang lebih miris lagi, 90% orangtua tidak lulus sekolah dasar. “ Demikian info hasil survey,” terang Zulkifli. Sejauh ini komunikasi terus berlanjut mendata situasi terkini di kampung itu. Karena SJI dan Lazismu akan memberikan bantuan untuk anak-anak yang masih di usia sekolah wajib belajar. Desa yang berjarak 78 km dari kota Jakarta ini menyimpan banyak cerita. Terutama ketika melihat aspek pendidikan di dalamnya. 
 
Dari data yang dihimpun, terdapat 15 anak usia sekolah tidak mengeyam pendidikan di bawah usia 13 tahun. Sementara sebanayak 48 anak ada di usia sekolah SD/MI. Selebihnya, 14 anak di usia sekolah menengah pertama, dan dua anak di usia sekolah menengah atas tinggal diluar desa.
Desa tersebut di bawah wilayah administrasi Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Kondisi geografisnya, jalan masih tanah, menanjak dan berbatu. Letaknya yang berada dibalik bukit tidak ada akses listrik PLN. Karena sangat terpencil, kampung ini jauh dari sentuhan pembangunan dan pengembangan dari pemerintah, sehingga semua fasilitas yang ada hanya semampu yang dibangun oleh masyarakat sendiri.
 
Meski terdapat alam persawahan yang asri dengan landscape alam pegunungan masyarakat setempat kesulitan untuk membuka akses secara ekonomi. Hal ini membuat hasil bumi yang diolah masyarakat tidak dapat dijual dengan cepat karena jalan yang sulit dilalui kendaraan dan alat transportasi lainnya. Kondisi itu, di alami warga yang mata pencahariannya menjual daun pisang dan buah pisang ke kota kecamatan.     
 
Sejak dikunjungi SJI, warga mulai terbuka untuk berkomunikasi. Warga mulai terobsesi bagaimana membuka akses jalan yang masih tertutup batuan gunung dan tanah tebing. Dengan tekadnya, warga berhasil membelah batuan, meratakan tanah tebing secara mandiri untuk akses jalan ke desa.  Saat ini desa itu, sudah dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat kendati belum seluruhnya.
 
Menurut Andy Wenas, penanggung jawab kegiatan SJI Jabodetabek, jalan yang dilalui memang cukup sulit. “Beberapa mobil kawan-kawan untuk masuk ke lokasi mengalami kegagalan karena arus bensin tidak naik dengan baik,” katanya. Beruntung cuaca di musim kemarau jatuh di ramadhan tahun ini. “Apa jadinya jika pas di musim hujan,” jelasnya. Kita bersyukur sampai di lokasi ini untuk berbagi kepedulian, tambahnya dengan tersenyum. 
 
Menurut E. Sulaeman, sesepuh di kampung itu, kedatangan Lazismu dan SJI sangat membantu warga, khususnya anak-anak yang masih di usia sekolah. Di sini tidak ada sekolah dasar negeri. Yang ada MI ini milik yayasan Sulaimani,” jelasnya. Begitu juga dengan guru-gurunya. Di MI hanya ada empat guru mengajar secara bergantian di pagi dan siang hari.   
 
Di hari Ahad (5/7/2015) acara ini pembagian kado ramadhan dan sembako berpusat di depan MI. Menurut Miftah warga setempat, anak-anak dikumpulkan sesuai hasil keputusan rapat Sabtu malam bersama SJI dan Lazismu. Barulah kemudian, Lazismu dan SJI berkeliling dari rumah ke rumah membagikan sembako bersama-sama. 
 
Pukul 07.00 wib, warga dan anak-anak sudah berkumpul di halaman MI. Mereka berbaur bersama dengan gembira pagi itu. Menurut Tatang Ruchiyat, Manager Program Lazismu, paket kado ramadhan dan school kit langsung dibagikan kepada anak-anak Kampung Sukarasa. “Masing-masing mendapat satu jadi tidak ada yang terlewatkan,” jelasnya.
 
Setelah itu, bantuan juga diberikan SJI kepada warga. Bantuan berupa donasi Rp 10.030.000,- hasil dari donasi anggota SJI yang terkumpul untuk membantu warga membuat sumur air bersih. “Rusdi koordinator SJI, mengatakan program ini terus berlanjut setelah ramadhan. Kita akan berkoordinasi untuk membantu warga membuat sumur air,” katanya. Upaya ini akan terus dipantau dari penggalian dan pembangunannya yang akan dipusatkan di titik tertentu sebagai pusat atau sumber air bersih.
 
Sesudah itu, acara serah terima secara simbolik berlangsung lancar. Bersama-sama warga membagikan sembako dari rumah ke rumah. Rudi mengatakan, komitmen ini mudah-mudahan dapat terus berlanjut. “Karena masih banyak warga yang perlu dibantu entah di daerah mana, untuk itu sinergi Lazismu dan SJI dapat diperkuat kembali untuk masa selanjutnya,” paparnya. Bukan siapa-siapa menjadi saudara, ini semboyan SJI, katanya. (n-a)(mac)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *