Yogyakarta - Budaya Muhammadiyah yang egaliter dalam kesehariannya. Muhammadiyah yang semakin membesar, tidak hanya jumlah pendukungnya. Namun masih kurang mengaktualisasi potensinya yang ada. Menurut Din dalam Silaturahim Keluarga Besar Muhammadiyah di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (17/7), Muhammadiyah kurang aktualisasi diri.
Potensi-potensi yang besar seluruhnya belum terakualisasi. Belum manifest secara maksimal. Din menambahkan, seandainya potensi-potensi tersebut bisa diaktualisasikan secara maksimal atau pun setengah maksimal, output dan outcome dari aktualisasi potensi Muhammadiyah akan Dahsyat. Namun demikian ada beberapa kendala mengapa potensi itu tidak teraktualisasi. Yakni disebabkan tidak memahami kemuhammadiyahan secara menyeluruh. Muhammadiyah terlalu banyak birokratisasi dalam pengambilan keputusannya. Banyak faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi hal itu.
Muhammadiyah, kata Din, harus mutlak perlu ada kekompakkan, mutlak perlu ada kebersamaan, mutlak perlu ada silaturahim. Di Muhammadiyah tidak boleh ada konflik kepentingan. “Bagi pejuang Muhammadiyah, walaupun kita berbeda pendapat, tapi sekali menyangkut Muhammadiyah, Muhammadiyah haruslah segala-galanya, walaupun kita berbeda pendapat dan kepentingan karena kita berada dalam lingkaran yang berbeda-beda, tapi kalau sudah menyangkut Muhammadiyah, seyogyanya Muhammadiyah harus ada di atas segala-galanya,” ungkap Din.
Silaturahim Keluarga Besar Muhammadiyah yang rutin diadakan setiap selesai sholat Idul Fitri di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, dihadiri oleh ratusan warga dan simpatisan Muhammadiyah di Yogyakarta dan sekitarnya, termasuk mantan ketua umum PP Muhammadiyah Prof. Dr Amien Rais, dan Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Mantan Ketua KPK RI, Busyro Muqoddas, serta para anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (dzar)