Yogyakarta – Muktamar Muhammadiyah menyoroti berbagai isu-isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Salah satu rekomendasi dari 13 rekomendasi Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan.

Poin pertama adalah membangun masyarakat ilmu. Muhammadiyah mengajak perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi Muhammadiyah, untuk menjadi Center of Excellence (pusat inovasi unggulan) berbasis sustainability dan center of technopreneurshop dalam bentuk universitas riset. Hal ini menjadi topik bahasan Forum Discussion Group (FGD) Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti) PP Muhammadiyah, Rabu kemarin (2/9) di Kantor PP Muhammadiyah Yogykarta.

Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah, Chairil Anwar, mengatakan proses evolutif Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam menyelesaikan masalah bangsa saat ini beranjak pada era kompetisi bagi PTM bisa berkompetisi dengan PTN di Indonesia.

Menurut Chairil, untuk bisa menjaga suistanable itu, kita harus merawat dan menjaga SDM yang ada di PTM, “SDM itulah yang paling bisa membawa SDM kita kemana-mana, Ingin agar suatu saat di PTM ada Center of Excellence, pusat-pusat unggulan dipegang oleh SDM-SDM yang handal, salah satu pusat itu membahas masalah-masalah kebangsaan di Negara ini”, ujarnya.

SDM kita bisa tampil dalam menyelesaikan masalah bangsa, misal permasalahan ekonomi bangsa bisa diselesaikan dalam diskusi yang melibatkan para pakar ekonomi dari Muhammadiyah.

Sehingga dari fgd ini bisa didiskusikan bagaimana merawat SDM-SDM kita ini agar bisa bersuara dalam forum nasional membahas isu-isu nasional.

Center of Excellence di kampus-kampus Muhammadiyah kata Chairil, jelas sangat diperlukan, bukan hanya mendirikan kampus Muhammadiyah saja, tapi menjaga dan merawat SDM. “Saat ini bukan bagaimana mendirikan kampus, tapi bagaimana menjaga dan merawat SDM kita yang pakar di bidangnya masing-masing”, tutupnya. (dzar)