Jakarta - Indonesia sebagai negara yang menyandang status negara muslim terbesar di dunia, perkembangan pemikiran Islam di Indonesia justru belum memadai. Tak heran jika Indonesia hingga saat ini belum bisa menjadi rujukan bagi pemikiran Islam dunia.
Persoalan ini menjadi bahan perbincangan dalam seminar internasional bertajuk 'Globalisasi dan Pengaruh Karya Besar Muhammadiyah dalam Pemikiran Keislaman di Asia Tenggara'. Seminar ini melibatkan para peneliti Islam seperti Ermin Sinanovic, yang menyebut seharusnya potensi muslim yang ada di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk menambah khazanah pemikiran Islam.
Menurut Sinanovic, jumlah umat Islam di Indonesia banyak, akan tetapi jumlah buku tentang pemikiran Islam sangatlah sedikit. "Meski umat Muslim di Indonesia berjumlah 200 juta jiwa, tapi jumlah karya budaya dan buku tidak banyak. Itu tidak bisa memberi pengaruh di pemikiran Islam internasional," ujar Sinanovic dalam diskusi yang digelar di Hall Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl Menteng Raya 62 Jakarta Pusat, Rabu kemarin, (2/11).
Sinanovic menambahkan masyarakat selama ini cenderung menganggap penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan akademisi sebagai penghambat lahirnya karya Islami dari Tanah Air. Padahal anggapan tersebut sepenuhnya keliru. Buktinya, para akademisi di Rusia, Jerman, dan Jepang masih mampu membuat karya dengan bahasa asli mereka.
"Bahasa bukanlah batasan untuk mengutarakan sejumlah pemikiran," kata dia.
Dosen UHAMKA Jakarta, Izzah Rohmi Nahrowi. Dia menyebutkan Tafsir Al Azhar karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) sebagai salah satu karya permikiran Islam yang cukup fenomenal berbahasa melayu.
"Salah satu karya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) berjudul Tafsir Al-Azhar merupakan karya berbahasa Melayu yang dikaji di wilayah Asia Tenggara," jelas dia.
Akan Tetapi, Izzah menyayangkan belum munculnya terjemahan bahasa asing atas karya HAMKA dan dan pemikiran Islam lainnya.
Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah Ahmad Najib Burhani mendorong diterjemahkannya karya-karya serupa dalam bahasa Asing.
"Kita memiliki banyak sekali pemikir yang menuangkan pemikirannya. Ada Gus Dur, Cak Nur, dan HAMKA. Semoga ke depan karya-karya mereka dapat diterjemahkan dalam bahasa asing," pungkas Najib. (dzar)