Yogyakarta — Pimpinan Pusat Muhammadiyah berempati pada tewasnya Siyono. Tewasnya Siyono, 33 tahun, terduga teroris asal Klaten ini Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas berjanji akan mencari kepastian kasus kematian Siyono sampai tuntas.
"Kami ungkapkan empati sebesar-besarnya kepada ibu Suratmi atas terpaksa hilangnya nyawa almarhum suaminya akibat tindakan yang diduga atau terang-terangan dilakukan aparat," ujar Busyro saat menerima Suratmi dan Komnas HAM di Kantor PP Muhammadiyah di Jl Cik Di Tiro 23 Yogyakarta, Selasa (29/3) pagi.
Istri dan anak Siyono, terduga teroris asal Klaten Jawa Tengah yang meninggal usai ditangkap Densus 88, 11 Maret lalu, datang untuk kedua kali di Kantor PP Muhammadiyah. Rombongan ditemui langsung oleh Busyro Muqqodas.
Menurut Busro, kedatangan Suratmi menunjukkan bahwa dia merupakan perempuan tangguh dan berani. Sikap Suratmi, kata Busyro merontokkan logika 'uang adalah segalanya'.
"Uang (yang diterima Suratmi) meresahkannya. Kalau dia butuh uang, apalagi sudah ditinggal suami, pasti akan digunakannya. Tapi beliau punya harga diri, dan kami apresiasi," tegas Busyro.
Saat ini Busyro beserta Tim Hukum Muhammdiyah masih akan menggodok materi yang digunakan untuk meminta keterangan secara jelas tentang kasus ini.
Sejak saat ini, Suratmi dan lima anaknya berada di bawah kuasa PP Muhammadiyah. Anggota Majelis Hukum dan HAM Trisno Raharjo menegaskan bila masih ada tindakan teror atau intimidasi kepada Suratmi dan keluarganya, maka PP Muhammadiyah akan menempuh jalur hukum.
"Kami dapat info dari keluarga, ada pihak-pihak yang masih terus melakukan pendekatan-pendekatan yang membuat mereka tertekan. Ini sudah menjadi intimidasi," kata Trisno. (dzar)