Bandung –- Inisiatif mandiri sekolah untuk memastikan dirinya siaga dari bencana sangat diharapkan, mengingat sekian banyak sekolah yang berada di lokasi berisiko tinggi bencana. Inisiatif SD Muhammadiyah 7 Antapani mendirikan Disaster Awareness Education Center (DAEC) patut menjadi contoh untuk sekolah – sekolah di Indonesia.
“Kami membangun DAEC untuk melakukan pencegahan terjadi bencana, menangani kejadian bencana dan pusat pembelajaran bencana” terang Iwan Kurniawan, Kepala Sekolah yang berada di Jl. Kadipaten Raya No. 4-6 Antapani Bandung tersebut. Menurut Iwan dalam kunjungan pimpinan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Ahad (21/03) itu, inisiatif ini salah satunya dilengkapi dengan penunjukan pelaksana ini DAEC pada sekelompok guru khusus .
“Selain guru kelas, di sekolah ini ada sekelompok guru yang kami sebut sebagai guru ISMUBARISTIK, pelaksanaan DAEC menjadi tanggung jawab mereka juga” terang Iwan kemudian.
Istilah ISMUBARISTIK menurut Iwan adalah kependekan dari Al Islam, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab, dan Teknologi Informasi Komunikasi yang merupakan mata pelajaran khas dari sekolah ini. “Kelompok guru ini memang memiliki kemampuan khusus, untuk mengawal pencapaian kompetensi khas di sekolah, termasuk mendampingi kepanduan Hisbul Wathan maupun mewujudkan sekolah siaga bencana” jelas Iwan.
Sekolah dengan 30 kelas tersebut dengan adanya DAEC diharapkan tidak saja menjadi sekolah yang siap menghadapi kejadian bencana di sekolah, namun juga menjadi sarana untuk mengembangkan kesadaran untuk mengurangi risiko bencana bagi guru, siswa, orang tua siswa, karyawan dan warga sekitar sekolah. Sekolah ini juga telah berberapa kali melakukan simulasi penanganan bencana di sekolah sebagai upaya mensiagakan warga sekolah.
Bila sekolah ini melaksanakan simulasi, walaupun dilakukan pada jam sekolah, tidak akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah ini, bahkan akan sangat mendukung, karena menerapkan model pembelajaran tematik. Menurut Iwan, bila dilakukan simulasi terjadi kebakaran di sekolah, maka tema pembelajaran di kelas akan sesuai dengan tema tersebut, misalnya pada pelajaran matematika akan menghitung jumlah korban.
“Kami selalu menekankan bahwa kita harus melakukan ikhtiar semaksimal mungkin untuk menghadapi bencana, bila ternyata harus jatuh korban, Insya Allah kita mendapat nilai lebih dimata Allah bahwa kita sudah melakukan ikhtiar dengan maksimal” papar Iwan.
Iwan Kurniawan yang pada kurun waktu 2007 – 2009 terlibat aktif dalam program Chlid Disaster Awareness School and Communities (CDASC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyatakan bahwa inisiatif DAEC ini sebagai salah satu upaya perwujudan sekolah yang ramah. Inisiatif DAEC di sekolah yang syarat prestasi dan sering menjadi rujukan sekolah – sekolah dari berbagai daerah di Indonesia ini juga bersinergi dengan program sekolah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri. (mdmc) (dzar)
Bandung– Inisiatif mandiri sekolah untuk memastikan dirinya siaga dari bencana sangat diharapkan, mengingat sekian banyak sekolah yang berada di lokasi berisiko tinggi bencana. Inisiatif SD Muhammadiyah 7 Antapani mendirikan Disaster Awareness Education Center (DAEC) patut menjadi contoh untuk sekolah – sekolah di Indonesia.
“Kami membangun DAEC untuk melakukan pencegahan terjadi bencana, menangani kejadian bencana dan pusat pembelajaran bencana” terang Iwan Kurniawan, Kepala Sekolah yang berada di Jl. Kadipaten Raya No. 4-6 Antapani Bandung tersebut. Menurut Iwan dalam kunjungan pimpinan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Ahad (21/03) itu, inisiatif ini salah satunya dilengkapi dengan penunjukan pelaksana ini DAEC pada sekelompok guru khusus .
“Selain guru kelas, di sekolah ini ada sekelompok guru yang kami sebut sebagai guru ISMUBARISTIK, pelaksanaan DAEC menjadi tanggung jawab mereka juga” terang Iwan kemudian.
Istilah ISMUBARISTIK menurut Iwan adalah kependekan dari Al Islam, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab, dan Teknologi Informasi Komunikasi yang merupakan mata pelajaran khas dari sekolah ini. “Kelompok guru ini memang memiliki kemampuan khusus, untuk mengawal pencapaian kompetensi khas di sekolah, termasuk mendampingi kepanduan Hisbul Wathan maupun mewujudkan sekolah siaga bencana” jelas Iwan.
Sekolah dengan 30 kelas tersebut dengan adanya DAEC diharapkan tidak saja menjadi sekolah yang siap menghadapi kejadian bencana di sekolah, namun juga menjadi sarana untuk mengembangkan kesadaran untuk mengurangi risiko bencana bagi guru, siswa, orang tua siswa, karyawan dan warga sekitar sekolah. Sekolah ini juga telah berberapa kali melakukan simulasi penanganan bencana di sekolah sebagai upaya mensiagakan warga sekolah.
Bila sekolah ini melaksanakan simulasi, walaupun dilakukan pada jam sekolah, tidak akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah ini, bahkan akan sangat mendukung, karena menerapkan model pembelajaran tematik. Menurut Iwan, bila dilakukan simulasi terjadi kebakaran di sekolah, maka tema pembelajaran di kelas akan sesuai dengan tema tersebut, misalnya pada pelajaran matematika akan menghitung jumlah korban.
“Kami selalu menekankan bahwa kita harus melakukan ikhtiar semaksimal mungkin untuk menghadapi bencana, bila ternyata harus jatuh korban, Insya Allah kita mendapat nilai lebih dimata Allah bahwa kita sudah melakukan ikhtiar dengan maksimal” papar Iwan.
Iwan Kurniawan yang pada kurun waktu 2007 – 2009 terlibat aktif dalam program Chlid Disaster Awareness School and Communities (CDASC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyatakan bahwa inisiatif DAEC ini sebagai salah satu upaya perwujudan sekolah yang ramah. Inisiatif DAEC di sekolah yang syarat prestasi dan sering menjadi rujukan sekolah – sekolah dari berbagai daerah di Indonesia ini juga bersinergi dengan program sekolah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri.
ssssssssssBandung – Inisiatif mandiri sekolah untuk memastikan dirinya siaga dari bencana sangat diharapkan, mengingat sekian banyak sekolah yang berada di lokasi berisiko tinggi bencana. Inisiatif SD Muhammadiyah 7 Antapani mendirikan Disaster Awareness Education Center (DAEC) patut menjadi contoh untuk sekolah – sekolah di Indonesia.
“Kami membangun DAEC untuk melakukan pencegahan terjadi bencana, menangani kejadian bencana dan pusat pembelajaran bencana” terang Iwan Kurniawan, Kepala Sekolah yang berada di Jl. Kadipaten Raya No. 4-6 Antapani Bandung tersebut. Menurut Iwan dalam kunjungan pimpinan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Ahad (21/03) itu, inisiatif ini salah satunya dilengkapi dengan penunjukan pelaksana ini DAEC pada sekelompok guru khusus .
“Selain guru kelas, di sekolah ini ada sekelompok guru yang kami sebut sebagai guru ISMUBARISTIK, pelaksanaan DAEC menjadi tanggung jawab mereka juga” terang Iwan kemudian.
Istilah ISMUBARISTIK menurut Iwan adalah kependekan dari Al Islam, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab, dan Teknologi Informasi Komunikasi yang merupakan mata pelajaran khas dari sekolah ini. “Kelompok guru ini memang memiliki kemampuan khusus, untuk mengawal pencapaian kompetensi khas di sekolah, termasuk mendampingi kepanduan Hisbul Wathan maupun mewujudkan sekolah siaga bencana” jelas Iwan.
Sekolah dengan 30 kelas tersebut dengan adanya DAEC diharapkan tidak saja menjadi sekolah yang siap menghadapi kejadian bencana di sekolah, namun juga menjadi sarana untuk mengembangkan kesadaran untuk mengurangi risiko bencana bagi guru, siswa, orang tua siswa, karyawan dan warga sekitar sekolah. Sekolah ini juga telah berberapa kali melakukan simulasi penanganan bencana di sekolah sebagai upaya mensiagakan warga sekolah.
Bila sekolah ini melaksanakan simulasi, walaupun dilakukan pada jam sekolah, tidak akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah ini, bahkan akan sangat mendukung, karena menerapkan model pembelajaran tematik. Menurut Iwan, bila dilakukan simulasi terjadi kebakaran di sekolah, maka tema pembelajaran di kelas akan sesuai dengan tema tersebut, misalnya pada pelajaran matematika akan menghitung jumlah korban.
“Kami selalu menekankan bahwa kita harus melakukan ikhtiar semaksimal mungkin untuk menghadapi bencana, bila ternyata harus jatuh korban, Insya Allah kita mendapat nilai lebih dimata Allah bahwa kita sudah melakukan ikhtiar dengan maksimal” papar Iwan.
Iwan Kurniawan yang pada kurun waktu 2007 – 2009 terlibat aktif dalam program Chlid Disaster Awareness School and Communities (CDASC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyatakan bahwa inisiatif DAEC ini sebagai salah satu upaya perwujudan sekolah yang ramah. Inisiatif DAEC di sekolah yang syarat prestasi dan sering menjadi rujukan sekolah – sekolah dari berbagai daerah di Indonesia ini juga bersinergi dengan program sekolah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri.
- See more at: http://mdmc.or.id/index.php/b/215-sd-antapani#sthash.AWX0jc1C.dpuf
Bandung – Inisiatif mandiri sekolah untuk memastikan dirinya siaga dari bencana sangat diharapkan, mengingat sekian banyak sekolah yang berada di lokasi berisiko tinggi bencana. Inisiatif SD Muhammadiyah 7 Antapani mendirikan Disaster Awareness Education Center (DAEC) patut menjadi contoh untuk sekolah – sekolah di Indonesia.
“Kami membangun DAEC untuk melakukan pencegahan terjadi bencana, menangani kejadian bencana dan pusat pembelajaran bencana” terang Iwan Kurniawan, Kepala Sekolah yang berada di Jl. Kadipaten Raya No. 4-6 Antapani Bandung tersebut. Menurut Iwan dalam kunjungan pimpinan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Ahad (21/03) itu, inisiatif ini salah satunya dilengkapi dengan penunjukan pelaksana ini DAEC pada sekelompok guru khusus .
“Selain guru kelas, di sekolah ini ada sekelompok guru yang kami sebut sebagai guru ISMUBARISTIK, pelaksanaan DAEC menjadi tanggung jawab mereka juga” terang Iwan kemudian.
Istilah ISMUBARISTIK menurut Iwan adalah kependekan dari Al Islam, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab, dan Teknologi Informasi Komunikasi yang merupakan mata pelajaran khas dari sekolah ini. “Kelompok guru ini memang memiliki kemampuan khusus, untuk mengawal pencapaian kompetensi khas di sekolah, termasuk mendampingi kepanduan Hisbul Wathan maupun mewujudkan sekolah siaga bencana” jelas Iwan.
Sekolah dengan 30 kelas tersebut dengan adanya DAEC diharapkan tidak saja menjadi sekolah yang siap menghadapi kejadian bencana di sekolah, namun juga menjadi sarana untuk mengembangkan kesadaran untuk mengurangi risiko bencana bagi guru, siswa, orang tua siswa, karyawan dan warga sekitar sekolah. Sekolah ini juga telah berberapa kali melakukan simulasi penanganan bencana di sekolah sebagai upaya mensiagakan warga sekolah.
Bila sekolah ini melaksanakan simulasi, walaupun dilakukan pada jam sekolah, tidak akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah ini, bahkan akan sangat mendukung, karena menerapkan model pembelajaran tematik. Menurut Iwan, bila dilakukan simulasi terjadi kebakaran di sekolah, maka tema pembelajaran di kelas akan sesuai dengan tema tersebut, misalnya pada pelajaran matematika akan menghitung jumlah korban.
“Kami selalu menekankan bahwa kita harus melakukan ikhtiar semaksimal mungkin untuk menghadapi bencana, bila ternyata harus jatuh korban, Insya Allah kita mendapat nilai lebih dimata Allah bahwa kita sudah melakukan ikhtiar dengan maksimal” papar Iwan.
Iwan Kurniawan yang pada kurun waktu 2007 – 2009 terlibat aktif dalam program Chlid Disaster Awareness School and Communities (CDASC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyatakan bahwa inisiatif DAEC ini sebagai salah satu upaya perwujudan sekolah yang ramah. Inisiatif DAEC di sekolah yang syarat prestasi dan sering menjadi rujukan sekolah – sekolah dari berbagai daerah di Indonesia ini juga bersinergi dengan program sekolah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri.
- See more at: http://mdmc.or.id/index.php/b/215-sd-antapani#sthash.AWX0jc1C.dpuf
Bandung – Inisiatif mandiri sekolah untuk memastikan dirinya siaga dari bencana sangat diharapkan, mengingat sekian banyak sekolah yang berada di lokasi berisiko tinggi bencana. Inisiatif SD Muhammadiyah 7 Antapani mendirikan Disaster Awareness Education Center (DAEC) patut menjadi contoh untuk sekolah – sekolah di Indonesia.
“Kami membangun DAEC untuk melakukan pencegahan terjadi bencana, menangani kejadian bencana dan pusat pembelajaran bencana” terang Iwan Kurniawan, Kepala Sekolah yang berada di Jl. Kadipaten Raya No. 4-6 Antapani Bandung tersebut. Menurut Iwan dalam kunjungan pimpinan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Ahad (21/03) itu, inisiatif ini salah satunya dilengkapi dengan penunjukan pelaksana ini DAEC pada sekelompok guru khusus .
“Selain guru kelas, di sekolah ini ada sekelompok guru yang kami sebut sebagai guru ISMUBARISTIK, pelaksanaan DAEC menjadi tanggung jawab mereka juga” terang Iwan kemudian.
Istilah ISMUBARISTIK menurut Iwan adalah kependekan dari Al Islam, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab, dan Teknologi Informasi Komunikasi yang merupakan mata pelajaran khas dari sekolah ini. “Kelompok guru ini memang memiliki kemampuan khusus, untuk mengawal pencapaian kompetensi khas di sekolah, termasuk mendampingi kepanduan Hisbul Wathan maupun mewujudkan sekolah siaga bencana” jelas Iwan.
Sekolah dengan 30 kelas tersebut dengan adanya DAEC diharapkan tidak saja menjadi sekolah yang siap menghadapi kejadian bencana di sekolah, namun juga menjadi sarana untuk mengembangkan kesadaran untuk mengurangi risiko bencana bagi guru, siswa, orang tua siswa, karyawan dan warga sekitar sekolah. Sekolah ini juga telah berberapa kali melakukan simulasi penanganan bencana di sekolah sebagai upaya mensiagakan warga sekolah.
Bila sekolah ini melaksanakan simulasi, walaupun dilakukan pada jam sekolah, tidak akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah ini, bahkan akan sangat mendukung, karena menerapkan model pembelajaran tematik. Menurut Iwan, bila dilakukan simulasi terjadi kebakaran di sekolah, maka tema pembelajaran di kelas akan sesuai dengan tema tersebut, misalnya pada pelajaran matematika akan menghitung jumlah korban.
“Kami selalu menekankan bahwa kita harus melakukan ikhtiar semaksimal mungkin untuk menghadapi bencana, bila ternyata harus jatuh korban, Insya Allah kita mendapat nilai lebih dimata Allah bahwa kita sudah melakukan ikhtiar dengan maksimal” papar Iwan.
Iwan Kurniawan yang pada kurun waktu 2007 – 2009 terlibat aktif dalam program Chlid Disaster Awareness School and Communities (CDASC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyatakan bahwa inisiatif DAEC ini sebagai salah satu upaya perwujudan sekolah yang ramah. Inisiatif DAEC di sekolah yang syarat prestasi dan sering menjadi rujukan sekolah – sekolah dari berbagai daerah di Indonesia ini juga bersinergi dengan program sekolah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri.
- See more at: http://mdmc.or.id/index.php/b/215-sd-antapani#sthash.AWX0jc1C.dpufwwwwwwwdda