UMM sendiri mempersiapkan penulisan buku itu dengan menyelenggarakan lokakarya, Jumat (4/11). Lokakarya ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari lembaga intra mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa. Sedangkan sesi kedua diikuti oleh seluruh pembuat kebijakan, mereka yaitu pimpinan fakultas dan ketua Program Studi yang ada di UMM.
Ketua pelaksana, Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd. berharap dengan diselenggarakannya acara ini nantinya mampu merumuskan pendidikan karakter di UMM yang khas. “Ada tiga poin penting yang akan digali dari sini pendidikan karakter yang berbasis akademik, religius dan humanis,” terang Kepala Biro Administrasi Akademik UMM ini.
Ketika membuka acara, PR III UMM, Drs. Joko Widodo, MSi, berpendapat bahwa pembentukan karakter adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Kita tidak bisa membentuk karakter dengan sesuatu yang instan. Untuk itu perlu ada iklim yang memungkinkan mahasiswa terbentuk karakternya, misalnya dengan memberikan rewards dan punishment. “Untuk mencapai iklim budaya yang baik diperlukan sangsi yang tegas atas pelanggaran. Di sini berlaku slogan tidak ada prestasi yang tak dihargai, tak ada pelanggaran yang tak diberi sanksi,” tegas Joko.
Lebih lanjut Joko mengungkapkan, banyak program yang berfokus pada pendidikan karakter UMM yang telah ditiru oleh universitas lain. Seperti Student Day dan Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK). Setelah studi banding ke UMM, mereka mencoba menerapkan di kampusnya dengan beberapa penyesuaian. “Diharapkan UMM terus menjadi pionir terhadap pembentukan karakter bangsa,” ujarnya.
Penyusunan buku ini merupakan salah satu dari empat program yang diberikan Dikti kepada universitas di Indonesia. UMM dipercaya untuk menggarap sektor budaya akademik. Nurul menambahkan, nantinya hasil dari lokakarya ini akan dibukukan dan selanjutnya akan diterbitkan ke seluruh universitas di Indonesia pada Desember depan.
Nurul menjelaskan, ada empat pokja yang akan membahas dalam lokakarya ini. Yakni, penguatan dan pengembangan kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi, budaya Perguruan Tinggi, kemahasiswaan dan alumni, serta kegiatan keseharian. “Saya optimis dengan pengalaman UMM menangani isu-isu itu penyusunan materi buku ini tidak akan mengalami kesulitas. Mahasiswa dan dosen yang menulis merupakan pelaku pembentukan karakter itu,” pungkas Nurul yakin.(www.umm.ac.id)