Sleman - Perkembangan dakwah Muhammadiyah dari waktu kewaktu banyak menemui tantangan dan probelamatika. Baik yang timbul dari internal persyarikatan, maupun dari luar persyarikatan. Hal inilah yang diungkapkan oleh sebagian peserta pada Forum Ta’aruf Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Tabligh (MT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kamis (05/05), di Gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Kalasan, Yogyakarta.
Diantara tantangan yang dihadapi oleh peserta dalam menjalankan roda dakwah persyarikatan adalah kekurangan Muballigh, kekurangan Masjid Muhammadiyah, serta gencarnya misionaris, dan minimnya aspek informasi tentang dakwah Muhammadiyah.
“Kami memiliki tenaga dakwah hanya banyak terpusat di pekan baru, dan kini Majelis Tabligh sedang melakukan proses membentuk ulang mekanisme dakwah, safari dakwah, pembekalan mubaligh,” kata Ketua Majelis Tabligh PWM Riau, Syafaruddin.
Tidak hanya Riau, Majelis Tabligh PWM Jawa Barat pun mempunyai problematika yang hampir sama. Jawa Barat mengakui kalau dakwah Muhammadiyah di sana masih belum maksimal, karena tenaga/ kader dakwah yang berkurang.
PWM DIY melalui Majelis Tabligh membutuhkan Da’i- Da’i yang tangguh yang tidak hanya hebat dalam lingkaran teoritis, namun mampu berbuat dalam tataran praksis.
Bangka Belitung, menghadapi moralitas masyarakat yang semakin rusak. Bangka Belitung berharap Majelis Tabligh PP Muhammadiyah bisa mendesain materi dakwah yang nantinya bisa diberikan hingga jenjang ranting. (dzar)
Reporter: Indra Jaya