Jum'at, 17 Mei 2024
Home/ Berita/ Tiga Siswa SMK Muhammadiyah Kudus Juara Debat Nasional

Tiga Siswa SMK Muhammadiyah Kudus Juara Debat Nasional

Kudus – SMK Muhammadiyah Kudus kembali dapat membuktikan diri sebagai sekolah  berkualitas. Kemarin (30/5), tiga siswanya kelas XI yakni; Alexsa Alrasyid Asmara, Ikhwan Muhammad Faris dan Ilham Faisabrun Zjamiil menjuarai lomba debat tingkat nasional. Lomba tersebut merupakan serangkaian dari kegiatan lomba essay yang diadakan oleh Universitas Dian Nusantara (UDINUS), Semarang.

Alexsa Alrasyid selaku ketua kelompok merasa bangga dengan apa yang dicapainya, menurutnya, lomba menulis dan berbicara ini merupakan pertama yang berhasil lolos dan sampai mendapat predikat juara 2 nasional.

Alexsa juga menyebutkan salah satu bagian kunci keberhasilan timnya meraih juara terletak pada kepercayaan diri yang tinggi saat mereka tampil di hadapan para juri dan hadirin di Mall Citraland, Semarang.

“Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, awalnya memang deg-degan karena sebelumnya kita tidak tahu jika lomba debat akan dilaksanakan di depan pengunjung yang banyak, namun kami percaya dan yakin jika kami bisa,” terangnya.

Dengan memilih tema Kebebasan Berkomentar, mereka bertiga beradu argumen sebagai tim kontra, mereka menganggap kebebasan berkomentar saat ini sangat perlu untuk dikritisi.

 “Kita menganggap adanya kebebasan berkomentar saat ini sangat mengganggu kenyamanan saat bersosial media, karena komentar itu biasanya bersifat hanya untuk mencari sensasi, komentar yang bersifat anarkis, penipuan, mencela orang lain dan bahkan tindakan kriminalitas yang saat ini sering terjadi karena adanya kebebasan berkomentar itu. Jadi kami menganggap jika kebebasan berkomentar itu tidak wajar,” tambahnya

Lebih lanjut Alexsa menuturkan bahwa interaksi di media sosial berbeda dengan interaksi langsung dilingkungan sosial, di lingkungan sosial setiap persoalan, komentar, pendapat dapat dimusyawarahkan secara bersama. Namun di media sosial segala persoalan, komentar dan pendapat, tidak dengan mudah ditemukan jalan keluarnya karena minimnya toleransi antar pengguna media sosial tersebut dan interaksi secara tidak langsung.

Menurut Alexsa, bila ini terjadi secara berkelanjutan, maka akan rusak hubungan sosial antara satu dengan yang lain.

“Intinya kami tidak setuju dengan adanya kebebasan berkomentar, karena ternyata dampak negatif yang ditimbulkan lebih banyak dari pada dampak positifnya” tutup Alexsa.(abey)

 

 

 

Reporter : Drajat

Redaktur : Lutsfi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *