Yogyakarta- Pada kesempatan Sidang Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah meluncurkan Posyandu Remaja sebagai program percontohan yang akan diduplikasi oleh seluruh Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah di seluruh provinsi di Indonesia.
Naiknya angka kehamilan tidak diinginkan (KTD), hubungan seksual pra nikah oleh remaja yang dalam jangka panjang bisa mengakibatkan kanker serviks, dan masih minimnya informasi tentang kesehatan reproduksi remaja adalah wajah suram kualitas kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan hak kesehatan reproduksi merupakan hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara, termasuk para remaja.
Hal tersebut disampaikan oleh bidang kader Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah Diah Puspitarini disela pembukaan Tanwir II Nasyiatul Aisyiah yang diselenggarakan di Hotel Satya Graha, Jumat 2 Desember 2011. Menurut Diah, Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai bagian dari civil society yang memandang penting upaya peningkatan derajat kesehatan reproduksi remaja, menginisiasi Posyandu Remaja yang memadukan sistem informasi kesehatan reproduksi remaja dengan sistem layanan kesehatan yang dibutuhkan para remaja.
“Selama ini, yang berkembang lebih pada sistem pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang mengembangkan kemampuan remaja untuk memberikan informasi dan konseling pada kelompoknya atau teman sebaya. Padahal remaja juga membutuhkan layanan kesehatan reproduksi yang lebih terpadu, baik akses informasi, layanan konseling, dan layanan kesehatan,” tambahnya.
Rencananya Diah menuturkan, dalam pengorganisasian posyandu remaja tersebut, Nasyiatul Aisyiah akan melatih 1000 relawan posyandu remaja yang akan ditempatkan di setiap propinsi Indonesia. Lebih lanjut menurut Diah, layanan kesehatan Posyandu Remaja meliputi lima hal, yaitu: pertama,pemeriksaan tensi dan berat badan; kedua, pemeriksaan kadar HB; ketiga, pemeriksaan dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja; keempat, konsultasi psikhologi; kelima, makanan bergizi. Nasyiatul Aisyiyah sedang mengembangkan Posyandu Remaja di Gampingan, Wirobrajan, yaitu masyarakat sekitar bantaran sungai Winongo.