MUHAMMADIYAH.OR.ID, Malang -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nasir mengatakan jika ingin membaca Muhammadiyah kini dan masa depan perlu adanya rekonstruksi. Rekonstruksi ideologi Muhammadiyah, karena tidak mungkin ber-Muhammadiyah tanpa memahami ideologinya.
Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid, yang mana istilah tajdid ini bisa berganti sesuai dengan konteksnya saat ini. “Pada awalnya Muhammadiyah berfokus pada purifikasi (pemurnian) yang kemudian berkembang dan berubah sesuai konteks zamannya dengan subtansi yang masih sama yaitu gerakan amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid,” ujar Haedar dalam Tadarus Pemikiran Islam di Auditorium Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (29/06).
Muhammadiyah adalah organisasi yang memiliki karakter dan tujuan yang jelas yaitu untuk menciptakan masyarakat muslim yang sebenar-benarnya. Maka dengan karakter tersebut Muhammadiyah sudah harus menjadi bagian dari perubahan negara. Indonesia merupakan negara kesatuan yang berlandaskan pancasila, kata Haedar, maka pancasila diletakkan dalam koridor-koridornya dan tidak sampai dijadikan sebagai falsafah hidupnya saja.
Muhammadiyah mempunyai istilah bahwa Indonesia adalah negara yang darul ahdi wa syahadah. “Yang berarti darul ahdi, Indonesia adalah negara kesatuan dan syahadah harus disaksikan agar lebih baik,” jelas Haedar dalam acara yang diadakan oleh Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
Dengan kondisi bangsa saat ini yang memiliki permasalahan kompleks maka kader Muhammadiyah harus bisa meluruskan. Dalam rangka meluruskan praktek-praktek yang menyimpang di Indonesia, bukan saatnya lagi generasi-generasi penerus bangsa ini terus menerus melihat kebelakang disertai penyesalan-penyesalannya. “Pandangan generasi penerus seharusnya kedepan dengan pemikiran-pemikiran yang baru yang dapat mengembangkan Muhammadiyah,” jelasnya dalam sambutannya yang bertemakan Membaca Muhammadiyah: Kini dan Masa Depan.
“Ini merupakan pekerjaan rumah anak-anak muda Muhammadiyah bagaimana merekonstruksi gerakan Muhammadiyah agar tidak naif dalam menerjemahkan Muhammadiyah ke depannya dan bisa membawa Indonesia yang berkemajuan juga, “ tutup Haedar dalam sambutannya tersebut.
Acara pembukaan Tadarus Pemikiran Islam juga dihadiri oleh Muhadjir Effendi dan Fauzan sebagai Rektor UMM. Dalam acara ini juga dihadiri oleh 100 peserta yang berasal dari berbagai kota.
Kontributor : Abdul Jalil
Readaktur : Mona Atalina
Baca juga
Kenapa Dzikir dan Pikir Itu Penting, Ini Penjelasannya!
Hubungi Kapolri, Ketua Umum Inginkan Kepolisian Lindungi Aset Muhammadiyah
Gema Safari Ramadhan Muhammadiyah Adelaide