MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Anggota Parlemen Malaysia, Lim Kit Siang, Zairil Khir Johari, Foo Yueh Chuan dan Mustaqeem Mahmoud Radhi melakukan kunjungan ke Madrasah Mua’llimin Muhammadiyah pada Jumat (23/9). Dalam acara tersebut turut dihadiri Badan Pengurus Harian (BPH) Madarasah Mua’llimin Muhammadiyah Yogyakarta, Habib Chirzin dan perwakilan dari Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta , Unik Rasyadah.
Tujuan utama dari kunjungan tersebut adalah memperoleh perspektif-persepektif tentang islam di Indonesia. Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan pemahaman lebih banyak tentang Islam dan bagaimana Islam dipraktikkan di Indonesia.
Dalam kunjungan itu, para tamu juga mempunyai ketertarikan yang sangat kepada Muhammadiyah, baik dimulai dari sejarahnya sampai berdirinya Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan yang pertama dalam Muhammadiyah. Mereka kagum dengan pendidikan yang ada di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Lim Kit Siang, salah satu anggota parlemen dari Daerah Pemilihan (Dapil) Gelang Patah, Johor, Malaysia bertanya tentang bagaimana pendidikan nasional yang ada di Indonesia?
Dalam kesempatan tersebut, Habib Chirzin menjawab bahwasannya Pendidikan nasional di Indonesia bagus karena pendidikan nasional itu mengadopsi kurikulum yang dipakai oleh Muhammadiyah.
“Karena sebelum indonesia merdeka, Muhammadiyah sudah mempunyai kurikulum pendidikan yang sebagian besar dipakai oleh kurikulum sekarang, sehingga tidak masalah dengan kurikulum nasional bagi Muhammadiyah. Hal ini menjadi sebuah langkah kerja sama antara Muhammadiyah dengan Pemerintah dalam bidang pendidikan,” tutur Chirzin.
Terlepas dari hal itu, Lim, juga mengatakan bahwa salah satu konsen partainya, yakni partai Democratic Action Party (DAP) adalah pada bidang Hak Asasi Manusia (HAM). Banyak kelompok-kelompok di Malaysia mempermasalahkan HAM karena bukan dari Islam.
Habib Chirzin menuturkan bentuk HAM di Indonesia salah satunya adalah pendidikan, karena hak pendidikan adalah yang paling mendasar. HAM dalam Muhammadiyah bukan konsep dari barat melainkan dalam konsep Islam. Karena Muhammadiyah salah satunya konsennya adalah HAM.
“HAM itu universal bukan untuk kelompok tertentu,” ujar Chirzin.
Lim, salah satu orang yang berpengaruh di Malaysia ini juga mengatakan Pancasila sebagai dasar negara, bagaimana tentang konsep negara dan Pancasila di Indonesia dan kaitannya dengan Muhammadiyah?
Menanggapi pertanyaan Lim, Chirzin mengatakan bahwa sejak awal para pencetus Pancasila adalah orang-orang Muhammadiyah, ada Ki Bagus Hadikusuma, Kasman Sungodimedjo dan Abdul Kahar Mudzakkir yang menjadi perumus-perumus Pancasila. Dilihat secara umum sebenarnya Pancasila mewakili dari individu-individu yang ada di Indonesia. Dan ketika melihat Pancasila kami melihat diri kami sendiri, jadi bukan hal yang asing.
“Pancasila sejak awal sudah menjadi bagian dari umat islam dan tapi bukan sebagai doktrin tapi sebagai nilai-nilai kemasyarakatan, meskipun dulu pada zaman Soeharto pernah diterapkan sebagai doktrin,” jelas Chirzin. (adam)
Kontributor: Arief Rakhman Aji