MUHAMMADIYAH.OR.ID GARUT – Bencana yang melanda Garut beberapa waktu lalu, tidak dijadikan alasan untuk berhenti berkarya. Pasca bencana tersebut,masyarakat Garut memproduksi batik yang kemudian dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Kegiatan pembuatan batik tersebut merupakan bagian dari program pemberdayaan ekonomi warga terdampak bencana banjir bandang Garut yang diselenggarakan oleh MDMC dan Lazismu Garut dalam rangka program Rehab Rekon Pasca Bencana. Latar belakang MDMC dan LazisMu Garut dalam pelaksanaan program ini adalah agar mampu memberi pelatihan dan motivasi kewirausahaan warga terdampak agar segera dapat memiliki aktivitas ekonomi dan bangkit kembali pasca bencana.
“Batik ini merupakan buah tangan buatan warga pengungsi terdampak banjir bandang Garut yang hingga saat ini masih mengungsi di beberapa titik Huntara (Hunian Sementara) di Garut,” kata Adi Firmansyah, Tim Supervisi program Rehab Rekon Garut Sumedang MDMC Jawa Barat saat dihubungi redaksi muhammadiyah.or.id (3/1)
Sementara menurut Ahmad Riansyah, Koordinator Pemberdayaan ekonomi, menjelaskan bahwa program pembuatan batik ini berawal dari rembug warga untuk mengetahui potensi ekonomi apa yang dapat dikembangkan. Kemudian, hasil dari rembug itu diketahui ada warga yang memiliki keahlian sebagai pengrajin batik, yaitu Dedi. Sehingga, hal itu disepakati bersama-sama untuk program pemberdayaan ekonomi warga khusus di Huntara Bale Paminton Garut ialah membatik.
“Dalam kegiatan ini, adapun peran MDMC dan LazisMu adalah sebagai fasilitator yang membantu warga mulai dari penyelenggaraan kelas motivasi kewirausahaan, workshop membatik, dan penyediaan modal hingga pendampingan untuk pemasarannya,” ujar Ahmad.
Adapun program Rehab Rekon tersebut sudah dimulai sejak hari Ahad 27 Desember 2016 dan masih aktif hingga sekarang. Sampai saat ini, program tersebut sudah berhasil memproduksi 30 kain batik.
“Denga adanya program ini diharapkan warga dapat segera meningkatkan kemampuan ekonominya secara mandiri dan tidak bergantung pada bantuan serta donasi kebencanaan yang terbatas,” tutup Adi. (nisa)