MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG -- Umat Islam saat ini berada dalam kesan konfrontatif. Umat Islam dianggap anti NKRI, intoleran, teroris dan tidak siap dengan demokrasi. Demikian penjelasan awal Abdul Mu'ti dalam Tabligh Akbar di Masjid Manarul Islam Sawojajar, Malang, Ahad (29/1)."Jangan sampai persepsi tersebut menjadi opini kemudian menjadi konklusi, " tambahnya.
Abdul Mu'ti menyampaikan, ada lima kemungkinan mengapa Islam terkesan konfrontatif. Pertama, adanya perasaan dalam diri muslim bahwa pemerintah tidak adil terhadap umat Islam. Kedua, aparatur negara dinilai represif (menekan) umat Islam. Ketiga, tidak ada komunikasi politik yang baik antara umat Islam dengan pemerintah dan antara umat Islam dengan legislatif. Keempat, umat menjadi alat bagi elit untuk mendapat jabatan di pemerintahan. Kelima, umat Islam miskin strategi dalam dakwah memperjuangkan agama.
"Dari surat An-Nahl ayat 125 sebenarnya telah dijelaskan bagaimana umat ini harus bergerak," jelas sekretaris umum pimpinan pusat Muhammadiyah ini.
Pertama, bil hikmah yang sering diartikan dengan bijaksana. Namun bil hikmah ini bisa diartikan dakwah dengan ilmu, merupakan dakwah yangencerahkan karena ilmu adalah nur (cahaya). Bil hikmah dapat diartikan pula dengan politik (syiasah) dengan memasukkan nilai-nilai islam dalam pemerintahan atau menyiapkan tokoh-tokoh islam untuk pemerintahan. Hal ini karena rakyat yang baik diawali dengan pemimpin yang baik. Kedua, wal mauidhotil khasanah, dengan pelajaran yang baik. Dapat pula diartikan dakwah dengan tulisan. Ketiga, wajaadilhun billati hiya ahsan, berdebat dengan cara yang baik. Sebelum berdebat umat Islam harus menguasai ayat-ayat Al-Qur'an dan ayat-ayat hukum pidana dan perdata agar bisa menjangkau umat seluas-luasnya.
Muhammadiyah sendiri, kata Mu'ti, perlu meningkatkan beberapa bidang agar menjadi kekuatan persyarikatan. Pertama, peningkatan pendidikan, karena sekolah sudah banyak namun yang terakreditasi A masih sedikit. Kedua, peningkatan kesehatan, misalnya dengan adanya rumah sakit apung Said Tuhuleley. Ketiga, peningkatan ekonomi karena kesenjangan ekonomi sangat nampak di Indonesia. Peningkatan ekonomi bisa dilakukan dengan memperkuat silaturahmi Islam yaitu mengunpulkan dana dari kedermawanan (zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan hadiah) kemudian dihimpun dan dimanfaatkan untuk hal yang positif.
"Selain itu dengan meningkatkan jiwa entrepreneur dengan 3 kunci yaitu kemandirian, kreatif dan hemat dengan hidup sederhana dan suka berbagi," tambahnya.
"Jangan mau diajak berkonfrontasi, umat Islam harus tetap sesuai dengan QS. Al-Baqoroh ayat 143 yaitu menjadi umat pertengahan (wasathiyah)" pesan Abdul Mu'ti di akhir ceramahnya. Umatan wasathan bercirikan adil, merupakan umat terbaik, tidak ekstrim dan bisa berbeda pendapat namun tidak bermusuhan.
Kontributor : Nuzula Khoirun N.
Berita Daerah