MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA - Banyak kisah inspiratif yang dapat diambil dari sosok Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1968-1990 Abdul Rozak (AR) Fachruddin. Seperti dikisahkan oleh Syukrianto AR, Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam tulisan anekdotnya mengatakan bahwa pada awal tahun 1970 an Pak AR pernah didatangi Walikota Yogyakarta Sudjono AY.
Dalam pertemuannya dengan Pak AR, Sudjono menyatakan bahwa dirinya diutus pemerintah pusat yang meminta Pak AR agar mau menjadi anggota DPR RI. Namun, Pak AR menyatakan, “Tolong sampaikan kepada pemerintah, terima kasihatas maksud baiknyayang akan memberi kehormatan agar saya jadi anggota DPR RI.Tetapi karena saya baru saja ditetapkan sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, maka sampaikan permohonan maaf saya kepada beliau-beliau, bahwa saya tidak bersedia”.
Pak Ar menolak tawaran tersebut dikarenakan Iaingin menekuni dulu tugas yang diamanatkan Muhammadiyah kepadanya. “Lagi pula Muhammadiyah ini adalah organisasi dakwah yang tidak berpihak kepada salah satu partai politik. Kalau saya menjadi DPR RI tentu saya harus bergabung ke dalam salah satu fraksi, jadi nanti tidak bebas lagi berdakwah, karena saya harus senantiasa memihak kepada frkasi saya;Karena itu sekali lagi tolong sampaikan kepada pemerintah, terima kasih dan mohon maaf belum dapat memenuhinya”.
Dengan tidak menjadi anggota DPR, maka Pak AR tidak terikat pada salah satu fraksi, berarti juga tidak terikat pada salah satu partai politik. Dengan demikian Pak AR bisa bebas berdakwah ke mana-mana, kepada siapa saja, kepada golongan manapun, tanpa dibatasi oleh sekat-sekat partai politik. (adam)