Jum'at, 29 Maret 2024

Tafsir Al-Qur'an

Pendidikan Qur’ani Membentuk Moral Dan Karakter Bangsa   (1)

PROF DR H MUHAMMAD CHIRZIN, MAg
GURU BESAR UIN SUNAN KALIJAGA DAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Pendidikan merupakan usaha untuk mendewasakan anak manusia agar kehidupannya menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Pendidikan dimulai
sejak lahir, bahkan rangsangan-rangsangan kependidikan sudah dapat dilakukan sejak bayi dalam rahim, dan berkelanjutan sepanjang hayat dikandung badan.

Mendidik berarti membangun karakter untuk mempersiapkan sumberdaya manusia yang unggul lahir dan batin yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilainilai luhur kehidupan. Pendidikan meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Rasulullah saw bersabda, “Innal ‘ilmu bitta’allumi wal hilmu bittahallumi – Sesungguhnya ilmu itu dicapai dengan belajar, dan murah hati dan pemaaf itu dicapai dengan berbuat demikian.

Pendidikan agama merupakan cara terbaik untuk menanamkan akhlak yang mulia dan mengajarkan budi pekerti halus pada seseorang, membentuk mental yang luhur dan membangkitkan naluri yang peka dalam dirinya yang akan menjadi pengontrol tindak tanduknya, pendorong untuk beramal shalih dan  mencegah perbuatan yang tidak patut. Kepekaan naluri dan kesadaran jiwa yang demikian itu merupakan intisari dan hakikat iman serta bibit akidah yang
mantap, tanda kehendak Allah dan ridla- Nya bagi seseorang.

Rasulullah saw bersabda, “Idza sa`atka sayyi`atuka wa sarratka hasanatuka fa anta mu`min – Jika engkau merasa resah karena berbuat dosa, dan merasa puas dan senang karena berbuat kebaikan, maka engkau adalah seorang Mukmin.

Rasulullah saw juga bersabda, “Idza aradallahu bil ‘abdi khairan ja’ala lahu wa’zhan min nafsihi – Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang hamba-
Nya, maka dibangkitkanlah pada dirinya naluri pengingat.” (ad-Dailami) Tabiat dan watak yang baik selalu mengarah ke jurusan yang baik dan engan  menyimpang dari jurusan dan tujuan yang baik itu. Rasulullah saw bersabda, “Al-birru ma ithma`anna ilaihil qalbu wa ithma`annat ilaihinnafsu. Wal itsmu ma haka finnafsi wa taraddaa fishshadri wa karihta an yaththali’a ‘alaihinnasu – Kebaikan ialah amal yang diterima oleh hati dan jiwa dengan tenteram dan puas, sedangkan dosa dan maksiat adalah apa yang merisaukan di dalam dada dan engkau tidak suka orang mengetahuinya.”

Pada awal kehidupannya manusia lahir tanpa pengetahuan apa pun, lalu berinteraksi dengan lingkungan melalui indera dan sedikit demi sedikit transformasi pengetahuan berlangsung. Allah SwT membekali manusia dengan empat petunjuk, yakni naluri, indera, akal dan agama. Allah melahirkan kamu dari rahim ibumu sementara kamu tidak mengetahui apa-apa; dan Dia membuat untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, supaya kamu bersyukur. (An-Nahl [16]: 78)

Fakta menunjukkan, bahwa sejak manusia lahir, ia telah dapat mendengar; berbeda dengan fungsi penglihatan. Ketika ia lahir matanya telah terbuka, tetapi untuk beberapa hari belum berfungsi untuk melihat. Adapun hati, ia baru berfungsi beberapa waktu kemudian. Hati adalah pusat segala rasa cinta kasih, hati nurani, kecerdasan dan intelek. Al-Qur’an merekomendasikan manusia untuk hidup berbangsa, supaya saling mengenal, bukan saling membenci. Hai manusia! Kami ciptakan kamu dari satu pasang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan suku bangsa, supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah, ialah yang paling bertakwa. Allah Maha Tahu, Maha Mengenal. (Al-Hujurat [49]: 13)

Ayat tersebut mengandung pesan agar bangsa-bangsa di dunia berpacu meraih kemuliaan di hadapan Allah SwT dengan meraih puncak prestasi dan  puncak ketakwaan kepada-Nya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa ingin menjadi orang paling mulia, maka
hendaklah ia bertakwa kepada Allah; barangsiapa ingin menjadi orang paling kuat, maka hendaklah ia bertawakal kepada Allah; barangsiapa ingin menjadi orang paling kaya, maka hendaklah ia lebih yakin terhadap apa yang di tangan Allah daripada apa yang ada pada tangannya.”
(Hakim) 

Seseorang berkata kepada Rasulullah saw, “Siapakah orang yang paling utama?” “Orang yang bersih hatinya dan jujur lisannya.” Mereka berkata, “Kami tahu lisan yang jujur, maka apakah yang dimaksud dengan hati yang bersih?” Nabi menjawab, “Yaitu orang yang bertakwa, suci dari dosa; tidak melampaui batas dan tidak dengki.” (Ibnu Majah)

Rasulullah saw bersabda, “Aku mengetahui sebuah kata.” Usman pun berkata, “Sebuah ayat yang bila semua manusia memilikinya maka cukuplah.” Mereka
bertanya, “Ayat apa?” Rasulullah bersabda, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar – Ath-Thalaq [65]: 2.” (Ibnu Majah)

Dalam bidang apa pun prestasi tak akan dapat diraih individu maupun kelompok dalam semalam. Ia membutuhkan proses latihan, kesabaran dan ketekunan yang lama. Bangsa yang ingin maju harus giat belajar, bekerja keras dan berusaha sungguh-sungguh untuk meraih kemajuan hidup yang dicita-citakannya. Kekuatan, kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tergantung pada usahanya. Bagi manusia ada malaikat yang bergiliran di depannya dan di belakangnya.
Mereka menjaganya dengan perintah Allah. Sungguh, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa sebelum mereka mengubah dirinya sendiri. Jika Allah hendak menjatuhkan hukuman kepada sesuatu bangsa, tak ada yang dapat menolaknya, juga tak ada yang melindungi selain Dia. (Ar-Ra’d [13]: 11)

Allah SwT tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa, selama mereka tidak berusaha mengubah sebab-sebab kemunduran mereka, dan Allah SwT tidak
mencabut nikmat yang telah dilimpahkan- Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada-Nya Itulah, karena Allah tak pernah mengubah nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, jika mereka tidak mengubah nasib mereka sendiri. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Tahu. (Al- Anfal [8]: 53)

Allah SwT menurunkan Al-Qur’an sebagai Kitab Pendidikan paling agung sepanjang zaman. Dengan Al-Qur’an Allah SwT mendidik manusia sepanjang
masa agar manusia senantiasa hidup damai, jujur, adil, rendah hati, sederhana, tanggung jawab, sejahtera, bermartabat, toleransi, saling menghargai dan mencintai, kerjasama, bersatu, bebas, membawa maslahat bagi seluruh makhluk dan bahagia di dunia dan akhirat. Ibadah dalam arti penyembahan ialah
suatu tindakan tertinggi serta sikap rendah hati yang luar biasa dalam ibadat. Keimanan akan menghasilkan segala amal shalih.

Inilah kesempatan yang diberikan kepada manusia: maukah ia mempergunakan dan melaksanakan kemauan bebasnya? Kalau ia lakukan itu, maka seluruh kodratnya akan berubah. Dalam segala tingkah laku mereka jujur dan ikhlas, begitu juga dalam janji dan kata-kata. Mereka menjadi manusia teladan dalam masyarakat. Dalam kehidupan batin mereka bersungguhsungguh dan mendalam, diimbangi oleh sikap dan cara hidup lahir.

Ibadah mereka kepada Allah dapat tercermin dari kecintaan mereka kepada sesama manusia, sebab mereka selalu siap bersedekah. Disiplin diri mereka sangat tinggi, sehingga setiap pagi hari yang pertama kali mereka lakukan dengan segala kerendahan hati ialah mendekatkan diri kepada Allah.

Iman yang hakiki ialah keinginan yang begitu kuat untuk menjauhi segala larangan Allah dan melawan hukum-Nya dengan berusaha sungguh-sungguh  mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan berjuang demi Allah. Keimanan yang sesungguhnya tercermin oleh rasa hormat yang sama dengan rasa cinta, sebab rasa cinta itu takut berbuat sesuatu yang tidak akan menyenangkan pihak yang dicintainya.

Orang yang beriman berpegang teguh kepada ajaran Allah, menaati Allah dan Rasul- Nya, memelihara batas-batas ketentuan Allah dan mendekatkan diri kepada- Nya. Mereka konsisten, rendah hati dan dapat dipercaya. Orang yang beriman mengikuti Al-Qur- ’an dan memiliki kesadaran sejarah, sehingga
dapat mengambil pelajaran dari pengalaman umat terdahulu dan mampu mengambil pelajaran dari fenomena alam; tabah, dapat menahan diri dan sabar dalam penderitaan, kesengsaraan dan suasana kacau.

Katakanlah: “Inginkah Aku kabarkan kepadamu berita yang lebih baik daripada semua itu? Bagi mereka yang bertakwa kepada Allah, ada taman-taman, di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di sana, dan pasangan-pasangan yang suci bersih serta keridlaan Allah. Allah Maha Melihat semua hamba-Nya. Yaitu mereka yang berdoa, “Tuhan, sungguh kami beriman, ampunilah segala dosa kami dan jauhkan kami dari azab neraka.” Mereka
itu orang yang tabah, dapat menahan diri, yang jujur dalam kata dan perbuatan, yang taat beribadah, yang menafkahkan harta di jalan Allah, dan yang berdoa memohon pengampunan sebelum fajar tiba.
(Ali Imran [3]: 15-17) Allah SwT mendidik manusia menghindari keburukan, menahan amarah dan
tidak meneruskan perbuatan dosa.l BersambunG

Menu Terkait